BEIJING - Harga minyak naik tipis pada Kamis (9/11) karena pasar mengabaikan indikator deflasi di Tiongkok dan mencari petunjuk lebih lanjut mengenai status permintaan dari dua konsumen minyak terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent naik 62 sen, atau 0,8 persen, menjadi 80,16 dolar AS per barel pada pukul 01.45 GMT. Minyak mentah berjangka WTI AS naik 61 sen, atau 0,8 persen, menjadi 75,94 dolar AS per barel.

Kenaikan tersebut terjadi sehari setelah kedua benchmark tersebut turun lebih dari 2 persen ke level terendah sejak pertengahan Juli karena kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah mereda dan kekhawatiran terhadap permintaan AS dan Tiongkok meningkat.

Data inflasi Tiongkok yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa CPI bulan Oktober turun 0,2 persen tahun ke tahun, sedangkan data PPI turun 2,6 persen tahun ke tahun.Hal ini sejalan dengan jajak pendapat Reuters yang memperkirakan CPI akan turun 0,1 persen dan PPI 2,7 persen.

Awal pekan ini, data bea cukai menunjukkan bahwa total ekspor barang dan jasa Tiongkok mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, meskipun impor minyak mentah negara tersebut pada bulan Oktober cukup tinggi.

Di sisi positifnya permintaan minyak, Gubernur Bank Sentral Tiongkok Pan Gongsheng mengatakan, negaranya diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan tahunan sebesar 5 persen untuk tahun ini.

Bagi Amerika Serikat, data inventaris mungkin menunjukkan melemahnya permintaan.Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel selama seminggu hingga 3 November, kata sumber yang mengutip angka American Petroleum Institute.

Jika terkonfirmasi, angka ini akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.Namun, Administrasi Informasi Energi (EIA) AS telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga 15 November untuk peningkatan sistem.

Barclays pada Rabu memangkas perkiraan harga minyak mentah Brent untuk tahun 2024 sebesar 4 dolar AS menjadi 93 dolar AS per barel, mengutip ketahanan pasokan minyak AS dan produksi yang lebih tinggi dari Venezuela menyusul pelonggaran sanksi terhadap produsen Amerika Latin tersebut.

Baca Juga: