Chicago - Harga emas merosot pada penutupan perdagangan Selasa (16/2/2021) waktu Chicago, Amerika Serikat (AS) atau Rabu (17/2/2021) pagi WIB, memperpanjang penurunan untuk hari ketiga berturut-turut, tertekan kenaikan tajam imbal hasil (yields) obligasi pemerintah Amerika Serikat usai liburan akhir pekan tiga hari.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, anjlok 24,2 dollar AS atau 1,33 persen menjadi ditutup pada 1.799,00 dollar AS per ounce.
Akhir pekan lalu, Jumat (12/2/2021), harga emas berjangka turun 3,6 dollar AS atau 0,2 persen menjadi 1.823,20 dollar AS, namun naik 0,6 persen sepanjang minggu lalu.
Emas berjangka juga terpuruk 15,9 dollar AS atau 0,86 persen menjadi 1.826,80 dollar AS pada Kamis (11/2/2021), setelah menguat 5,2 dollar AS atau 0,28 persen menjadi 1.842,70 dollar AS pada Rabu lalu (10/2/2021).
"Emas bergeser dari aset lindung nilai inflasi, seperti yang telah terjadi untuk sebagian besar tahun 2020, menjadi aset safe-haven lagi," kata ahli strategi komoditas TD Securities Daniel Ghali, seperti dikutip Reuters, menunjuk pada kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang diperkirakan dari stimulus ekonomi besar-besaran yang juga telah mendorong imbal hasil obligasi AS 10-tahun lebih tinggi, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah AS naik ke titik tertinggi sejak Maret 2020, mendekati puncak kepanikan pandemi.
Juga membebani emas, indeks-indeks utama saham AS mencapai tertinggi sepanjang masa dipicu optimisme seputar paket bantuan virus corona AS senilai 1,9 triliun dollar AS.
Emas berada di bawah tekanan tambahan ketika Fed New York pada Selasa (16/2/2021) melaporkan bahwa indeks manufaktur Empire State naik 8,6 poin menjadi 12,1 pada Februari, menandai tingkat aktivitas tertinggi sejak Juli 2020.