IndoneDalam beberapa tahun terakhir, produksi peternakan sapi di dalam negeri tidak naik signifikan sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan domestik.
JAKARTA - Harga daging di Tanah Air rentan bergejolak selama kebergantungan terhadap impor daging tak berkurang. Kenaikan harga daging saat ini, misalnya, tak terlepas dari perkembangan sekarang di tingkat global. Tingginya harga pakan ternak di pasar internasional ikut mengerek biaya produksi sapi di sisi hulu.
Direktur Celios, Bhima Yudisthira, menegaskan masalah kenaikan harga sapi ini sebenarnya sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Pada November-Desember 2021, harga daging sudah bergejolak. Itu karena di pasar internasional ada kenaikan biaya produksi baik di Australia maupun Amerika Serikat (AS) yang sama-sama merupakan produsen sapi terbesar global.
"Kenaikan biaya produksi dipicu lonjakan harga pakan ternak di pasar internasional, baik gandum maupun kedelai. Itu diperparah dengan adanya invasi Russia ke Ukraina," ucap Bhima, di Jakarta, Jumat (4/2).
Di sisi lain, kata dia, jumlah peternak turun selama pandemi Covid-19. Hal itu diperparah dengan faktor kekeringan yang melanda Amerika bagian barat sehingga mempengaruhi populasi sapi di sana.
Di dalam negeri sendiri belum bisa sepenuhnya bisa dipasok oleh sapi lokal. Artinya, kata Bhima, produksi peternakan sapi di Indonesia tidak naik signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Dia menekankan minat untuk terjun ke sektor hulu produksi sapi di dalam negeri terbatas, sementara konsumsi per kapita bertambah, permintaan masyarakat terus meningkat. "Ini yang harus segera dievaluasi. Tidak selamanya kita bergantung ke impor daging. Perkuat produksi sendiri agar tidak rentan terhadap dinamika pasar global," tegas Bhima.
Menanggapi adanya keresahan dari masyarakat untuk dapat membeli daging sapi saat ini, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan masyarakat tidak perlu khawatir karena stok daging sapi cukup dan pedagang di wilayah Jabodetabek saat ini sudah mulai aktif berjualan.
Pantau Perkembangan
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Tri Melasari, mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan harga daging sapi melalui Petugas Informasi Pasar (PIP) yang tersebar di seluruh pasar wilayah Jabodetabek. Untuk area Jakarta Selatan, di Pasar Minggu, Pasar Kebayoran, dan Pasar Buncit saat ini para pedagang sudah mulai aktif berjualan.
Sedangkan untuk wilayah Jakarta Timur, Melasari menyebutkan pasar Perumnas Klender, Pasar Jatinegara dan Lokbin Makasar juga sudah aktif berjualan. Demikian juga untuk wilayah Jakarta Pusat (Pasar Thomas Cideng, Pasar Senen Blok C, Pasar Abdul Gani), Jakarta Utara (Pasar Koja Baru, Pasar Kelapa Gading, Pasar Lokbin Rorotan) dan Jakarta Barat (Pasar Lokbin Meruya Ilir, Pasar Slipi, Pasar Tomang Barat), sudah aktif berjualan kembali.
"Bagi masyarakat yang ingin dapat mengakses daging beku juga bisa membelinya melalui Toko Tani Indonesia yang tersebar di wilayah Jabodetabek," ujar Melasari. Selain itu, menurutnya masih banyak toko daging atau meatshop yang tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek.
Berdasarkan data per 2 Maret 2022, ketersediaan daging sapi/ kerbau selama Maret-Mei 2022 sebanyak 234.091,2 ton, sedangkan kebutuhan mencapai 202.937,8 ton. Karena itu, masih ada surplus sekitar 31.153,4 ton.