JAKARTA - Pengamat Otomotif, Bebin Djuana menilai penjualan otomotif tak akan terpengaruh dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebab, melihat perilaku masyarakat, mereka tak terlalu menghubung-hubungkan antara harga dan konsumsi BBM.
Namun, dia memperingatkan fluktuasi harga BBM bisa menjadi boomerang bagi produk otomotif yang selama ini diklaim efisien bahan bakar sebatas di brosur atau penjelasan salesman, tetapi kenyataan di lapangan sangat bertolak belakang.
"Walaupun ada tipe kendaraan yang sangat digandrungi masyarakat dan katanya salesman sangat irit, tetapi setelah dibeli ternyata tak irit. Kelemahan ini tentunya akan sangat cepat menyebar, terutama melalui cerita dari mulut ke mulut. Nah, produk yang begini yang akan terdampak terhadap kenaikan BBM," jelasnya.
Karenanya, lanjut Bebin, akan terjadi pergeseran. Konsumen bisa saja beralih ke merek baru yang benar-benar irit meskipun tadinya mereka sudah memiliki mereka yang menjadi top of mind.
Lebih lanjut Bebin menambahkan kenaikan BBM akan menjadi peluang buat kendaraan yang ada tenaga listriknya. Pasalnya, masih banyak konsumen di Indonesia belum siap dengan konsep kendaraan full listrik. Akhirnya, pilihan jatuh ke model hybrid.
"Di setiap pameran otomotif saat ini, banyak dipamerkan kendaraan hybrid yang iritnya tanpa basa basi. Namun, perlu disadari, mobil hybrid jika dipakai untuk jangkauan ratusan kilometer, angka hematnya tak seefisien saat hanya digunakan untuk area di dalam kota saja," jelasnya.
Seperti diketahui, oada 1 April 2022, Pertamina resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax menjadi 12.500 rupiah per liter atau naik dari harga sebelumnya yang sebesar 9.000 rupiah per liter. Menurut Pertamina, penyesuaian harga Pertamax itu masih jauh di bawah nilai keekonomian yang berkisar 16.000 rupiah per liter.