Mendikbudristek menilai Hardiknas 2024 momentum untuk melanjutkan kebijakan Merdeka Belajar.
Mendikbudristek menilai Hardiknas 2024 momentum untuk melanjutkan kebijakan Merdeka Belajar.
JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menyebut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024 sebagai momentum melanjutkan kebijakan Merdeka Belajar.
Dia optimistis dengan dampak jangka panjang dari berbagai episode Merdeka Belajar akan terwujud jika kebijakan Merdeka Belajar terus dilanjutkan.
"Saya sepenuhnya optimistis dengan dampak jangka panjang dari semua upaya yang telah kita lakukan, dan hal-hal hebat yang akan terjadi jika kita melanjutkan gerakan ini," ujar Nadiem, dalam Puncak Perayaan Hardiknas 2024, di Jakarta, Jumat (3/5).
Dia menjelaskan, Merdeka Belajar merupakan upaya untuk mengembalikan pendidikan Indonesia kepada marwahnya yaitu gagasan Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, murid dan guru harus sama-sama merdeka dalam proses belajar mengajar.
Nadiem mengakui para guru merasa kebingungan dengan perubahan yang terjadi melalui episode-episode Merdeka Belajar. Meski begitu, dia mengapresiasi berbagai pihak terutama guru dan peserta didik yang mau turut dalam perubahan.
"Karena untuk mewujudkan bangsa yang merdeka, Indonesia perlu jiwa-jiwa yang merdeka. Perjalanan menuju kemerdekaan membutuhkan perjuangan," jelasnya.
Evaluasi Program
Secara terpisah, Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri, menilai pentingnya evaluasi program Merdeka Belajar yang sudah lahir sebanyak 26 Episode baik oleh DPR, DPD, maupun lembaga independen termasuk organisasi profesi guru. Menurutnya, evaluasi penting agar kelangsungan atau dihentikannya kebijakan ini benar-benar dilakukan secara objektif, berorientasi perbaikan, jujur, dan berbasis data.
Dia menyebut, 26 Episode Merdeka Belajar justri tidak banyak diketahui publik. Menurutnya, selama ini justru sering muncul istilah-istilah yang secara esensial masih sebatas jargon atau slogan belaka untuk kepentingan "branding" programnya.
"Bagi P2G, setelah hampir lima tahun menjabat, perubahan perbaikan fundamental pendidikan dan guru belum banyak terjadi, meskipun sudah dua puluh enam jilid merdeka belajar itu episodenya. Contoh hasil PISA kita, sekarang justru skornya makin jeblok, bahkan terendah selama sepuluh tahun terakhir," ucapnya.
Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim berharap, ke depan menteri pendidikan yang baru terlebih dulu menyiapkan "Peta Jalan Pendidikan Nasional". Peta jalan tersebut mesti berdasarkan nilai-nilai Pancasila, budaya bangsa, dengan ciri kenusantaraan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ruf/S-2