Harapan menemukan materi gelap yang mungkin saja planet ke-9 disandarkan pada telekskop survei raksasa baru bernama Vera C Rubin, yang berada di Chile dan akan beroperasi pada 2022.

Observatorium Rubin dengan teleskop canggihnya diharapkan akan memberikan petunjuk adanya planet baru. Rubin yang dikelola oleh lembaga Large Synoptic Survey Telescope Corporation, dipersepsikan sebagai monster yang akan melahap langit.

Jika teleskop besar lain membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk menyurvei seluruh langit, Rubin hanya butuh tiga malam. Dia akan melakukan lagi secara terus menerus untuk melihat yang berubah dan menangkap objek bergerak.

Saat ini, konstruksi Rubin hampir selesai. Teleskop dapat diatur untuk membuka mata raksasa untuk pertama kalinya akhir tahun ini. "Survei itu akan mengubah ilmu tata surya seperti yang kita tahu," kata Scott Sheppard dari Carnegie Institution for Science di Washington DC seperti dikutip Guardian.

Sementara itu, astronom Meg Schwamb dari Queen's University Belfast memgatakan, Rubin dapat mendeteksi planet dengan massa seperti Bumi di sekitar 1.000AU. Namun, jika dia gagal menemukan planet besar secara langsung, masih berguna untuk mendeteksi banyak dunia mini yang bermanfaat dalam pelacakan posisi planet dengan mempersempit area pencarian.

Pendek kata, Rubin akan menjadi alat bagi astronom menemukan objek luar angkasa. Ini mungkin akan seperti saat astronom Scott Sheppard dan Chad Trujillo menemukan objek jauh yang dinamai "Biden" dengan teleskop Cerro Tololo Inter-American Observatory yang juga berada di Chile.

Terdaftar sebagai VP113 2012, nama "Biden" seperti nama Wakil Presiden AS saat itu Joe Biden. Yang mengherankan, meski jauh objek ini tidak pernah mendekati matahari dalam jarak 80 satuan astronomi (AU). Sedangkan pada titik terjauh, Biden mencapai 440AU ke ruang angkasa. Fakta tentang jarak Biden tadi membuktikan orbitnya sangat elips.

Orbit Biden sangat mirip dengan dunia lain yang jauh dikenal sebagai Sedna. Ini sebuah dunia mini yang ditemukan pada tahun 2003 oleh Mike Brown, Chad Trujillo dan David Rabinowitz dari Universitas Yale. Sedna memiliki 76AU ke 937AU, dengan orbit yang sangat elips. "Objek seperti Sedna dan VP113 2012 tidak dapat terbentuk pada orbit eksentrik ini," kata Sheppard.

Sebaliknya, simulasi komputer menunjukkan bahwa Sedna dan Biden terbentuk dalam jarak dekat. Kemudian dikeluarkan oleh interaksi gravitasi dengan planet-planet yang lebih besar. Namun, yang benar-benar aneh, kedua orbit memanjang menunjuk ke arah yang kira-kira sama.

Sheppard dan Trujillo melihat bahwa orbit itu juga selaras. Dia seolah-olah ada sesuatu yang mengendalikan dunia-dunia kecil nun jauh di sana. Hal ini sehingga memunculkan dugaan adanya planet yang jauh lebih besar.

Keduanya menduga ada planet dengan ukuran15 kali lebih besar dari Bumi, pada orbit jarak 250AU dan 1500AU dari matahari. Paparan ini pernah mereka sampaikan pada jurnal Nature Maret 2014. Buntutnya, wacana planet ke-9 menjadi diskusi seru di dunia astronomi.

Selain temuan Sheppard dan Trujillo, pada 2015 para ilmuwan menemukan TG387 2015 yang dinamai Goblin. Benda ini menjadi objek ketiga paling ekstrem di belakang Sedna dan Biden. hay/G-1*

Baca Juga: