DAKAR - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Selasa (12/12), mengatakan sebanyak 49,5 juta orang diperkirakan akan mengalami kelaparan di Afrika Barat dan Tengah pada tahun 2024 karena kombinasi konflik, perubahan iklim, dan tingginya harga pangan.
Menurut analisis ketahanan pangan regional baru yang dirilis oleh Program Pangan Dunia PBB atau UN World Food Programme (WFP) dan lembaga kemanusiaan lainnya, angka tersebut 4 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2023. Di negara-negara pesisir, jumlah orang yang menghadapi kelaparan akut diperkirakan akan mencapai 6,2 juta orang pada tahun 2024, naik 16 persen dari tahun 2023.
"Kelaparan akut masih mencapai rekor tertinggi di kawasan ini, namun pendanaan yang dibutuhkan untuk meresponsnya tidak dapat mengimbanginya," kata Margot Vandervelden, Penjabat Direktur Regional WFP untuk Afrika Barat.
"Pendanaan yang tidak mencukupi berarti masyarakat yang mengalami kelaparan sedang akan terpaksa melewatkan waktu makan dan mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, menempatkan mereka pada risiko kembali ke tahap krisis atau darurat, sehingga melanggengkan siklus kelaparan dan kekurangan gizi," katanya.
Dikutip dari The Straits Times, dua dari tiga rumah tangga di Afrika Barat dan Tengah tidak mampu membeli makanan sehat. Biaya makanan bergizi harian di negara-negara Sahel tengah, Burkina Faso, Mali, dan Niger, 110 persen lebih tinggi dibandingkan upah minimum harian di wilayah tersebut.
Warga Mengungsi
Menurut angka PBB, negara-negara Sahel (kawasan pesisir) menghadapi pemberontakan yang telah menyebabkan sekitar empat juta orang mengungsi dari rumah dan pertanian mereka. Republik Demokratik Kongo juga mengalami banyak konflik yang telah menyebabkan hampir tujuh juta orang mengungsi.
Krisis Sahel telah mendorong masyarakat untuk mencari perlindungan di negara-negara pesisir tetangga seperti Pantai Gading, Togo, dan Ghana, yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi.
"Hampir 80 persen orang yang saat ini berada dalam situasi sulit pangan berada di daerah yang terkena dampak konflik," kata penasihat penelitian senior WFP, Ollo Sib.
Ia memperingatkan tanpa intervensi, situasi di wilayah tertentu bisa semakin memburuk karena lebih dari 2,6 juta orang berisiko mengalami kelaparan.