JENEWA - Efek aktivitas manusia yang mengakibatkan perubahan iklim hingga polusi yang menghancurkan kehidupan laut, membuat hampir sepersepuluh tumbuhan dan hewan bawah air sejauh ini dinilai terancam punah. Hal itu diungkapkan pada Daftar Merah Spesies Terancam Punah terbaru yang dirilis Jumat (9/12) lalu.
Rilis laporan itu bertepatan dengan KTT PBB tentang keanekaragaman hayati di Montreal, Kanada, di mana Sekjen PBB, Antonio Guterres, telah mendesak negara-negara untuk mengakhiri "pesta perusak" dan menyetujui kesepakatan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya habitat.
Dalam daftar merah terbaru itu disebutkan bahwa lebih dari 1.550 dari sekitar 17.903 tanaman dan hewan laut yang dinilai oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) terancam punah. Daftar merah IUCN merupakan barometer keanekaragaman hayati dan daftar ini diterbitkan beberapa kali dalam setahun.
"Ini menunjukkan bahwa kita memiliki dampak yang sangat merusak pada spesies laut," ungkap Craig Hilton-Taylor, kepala Daftar Merah IUCN.
"Di bawah air, Anda tidak dapat benar-benar melihat apa yang sedang terjadi. Jadi dengan menilai status spesies itu, memberi kita indikator nyata tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana, dan itu bukan kabar baik," imbuh dia.
Hilton-Taylor mengatakan porsi spesies laut yang menghadapi kepunahan kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan data saat ini karena yang dianalisis sejauh ini cenderung spesies ikan yang tersebar luas, yang saat ini tidak terancam.
Populasi Menurun
Menurut IUCN, populasi dugong, mamalia herbivora gemuk berwarna abu-abu yang umumnya dikenal sebagai sapi laut, telah turun menjadi kurang dari 250 dugong dewasa di Afrika timur dan kurang dari 900 ekor di wilayah Prancis Kaledonia Baru.
Di antara ancaman yang mereka hadapi adalah hilangnya sumber makanan utama mereka yaitu padang lamun, karena eksplorasi dan produksi minyak dan gas dalam kasus Mozambik dan polusi dari penambangan nikel di Pasifik.
Daftar terbaru juga mengulas spesies abalon, sejenis moluska yang dijual sebagai makanan laut mewah, untuk pertama kalinya dan menemukan bahwa sekitar 44 persen dari mereka menghadapi kepunahan.
"Gelombang panas laut yang semakin parah dan sering telah menyebabkan kematian massal, dengan memicu penyakit dan membunuh sumber makanan mereka," kata IUCN.
Sementara itu karang pilar, spesies khas Karibia yang menyerupai stalaktit tegak, turun dua kategori dari "rentan" menjadi "sangat terancam punah" menurut daftar merah ini. Populasinya telah menyusut lebih dari 80 persen di sebagian besar wilayahnya sejak tahun 1990 di tengah terjadinya bleaching (pemutihan terumbu karang) dan penyakit. SB/ST/I-