oleh bimo joga sasongko

Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 10 Agustus 2019 dipusatkan di Kota Denpasar, Bali. Hakteknas ke-24 mengambil tema Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0" dengan tagline Inovasi, Bangun Bangsa. Kemenristekdikti selalu mengangkat dan menggelorakan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa, terutama melalui prinsip inovasi, dengan menghasilkan produk teknologi lebih baik, murah, cepat, dan berkualitas.

Hakteknas merupakan salah satu tonggak sejarah kebangkitan teknologi Indonesia yang ditandai penerbangan perdana pesawat rancang bangun anak bangsa, N-250 Gatotkaca pada 10 Agustus 1995 di Bandung. Peringatan Hakteknas hendaknya jangan bersifat elitis. Maknanya mesti diperluas hingga dirasakan rakyat kebanyakan. Perluasan makna menekankan kelangsungan dan daya saing produk lokal yang memberi proses nilai tambah yang berarti.

Peringatan Hakteknas menjadi hampa jika tidak mampu menjadikan produk lokal dan nasional primadona di rumah sendiri serta mampu bersaing secara global. Harga diri suatu bangsa pada saat ini ditentukan daya saing produk. Peringatan Hakteknas disertai pemberian berbagai penghargaan untuk pemerintah daerah oleh pemerintah pusat dalam bentuk anugerah Budhipura dan Budhipraja. Penghargaan sebaiknya tidak hanya penilaian di atas kertas terhadap kegiatan riset dan inovasi yang dilakukan birokrat.

Budhipura diberikan kepada pemprov yang getol dalam penguatan sistem inovasi daerah. Sedang penghargaan Budhipraja untuk pemerintah kota/kabupaten. Sebaiknya penghargaan dinilai dari aspek pemerintah daerah yang mampu meningkatkan nilai tambah suatu produk yang banyak melibatkan usaha rakyat luas.

Selama ini anugerah Budhipura dan Budhipraja pemerintah kurang disambut meriah masyarakat daerah. Tahun 2018 Provinsi Jawa Tengah berhasil mendapat anugerah Budhipura dengan nilai tertinggi. Anugerah Budhipura yang diserahkan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir diharapkan menjadi spirit terus mengembangkan inovasi. Apalagi proses inovasi sangat dinamis dan membutuhkan SDM terbarukan yang mumpuni dalam bidang Iptek dan inovasi. SDM terbarukan memiliki daya kreatif yang lebih unggul.

Perekonomian dunia yang sulit diprediksi dan masalah krusial kemasyarakatan membutuhkan bermacam inovasi sebagai solusi. Maka, pemerintah daerah harus terus mengembangkan kapasitas iptek dan inovasi dengan mencetak SDM terbarukan yang kompeten dan gigih berinovasi di berbagai bidang.

Proses inovasi bisa berupa teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal. Tetapi juga bisa terkait dengan teknologi tinggi (hi-tech) yang berkembang di luar negeri. Beberapa inovasi teknologi yang berpotensi memenangkan Budhipura sebaiknya menekankan teknologi tepat guna yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas hasil panen masyarakat. Teknologi tepat guna sangat bermanfaat guna melipatgandakan produktivitas dan mendongkrak penghasilan masyarakat.

Menyiapkan

Presiden Jokowi mengingatkan agar menyiapkan SDM usia produktif baik bidang hi-tech maupun tepat guna yang sangat dibutuhkan usaha rakyat. Saatnya, bangsa berpikir keras mengembangkan SDM yang terkait dengan usaha penguatan produk nasional. Mantan Presiden BJ Habibie telah merekomendasikan pentingnya membenahi secara detail nilai tambah aneka produk nasional.

Sektor manufakturing perlu kerja detail menerapkan standardisasi dan peningkatan kapabilitas teknologinya. Masih rendahnya kapasitas nasional yang digarap dengan proses nilai tambah layak menjadi keprihatinan BJ Habibie karena hingga kini industri nasional menurun dalam mengimbangkan neraca ekspor-impor secara signifikan. Secara makro, ketimpangan disebabkan produktivitas yang tidak efisien. Perlu merumuskan kembali strategi dasar pelaku industri yang mengedepankan faktor nilai tambah.

Indonesia harus totalitas untuk mendorong industri dengan produk yang memiliki nilai tambah besar saat dijual ke pasaran. Salah satu cara agar produk tersebut bisa memiliki nilai tambah signifikan dengan memanfaatkan teknologi yang tepat. Sestiap negara berlomba-lomba memanfaatkan teknologi mutakhir. Antara lain dengan tajuk industri 4.0 untuk mendapat nilai tambah sebesar-besarnya dan seefisien mungkin produk. Pada hakikatnya, factory 4.0 yang menjadi perhatian dunia untuk mendapat nilai tambah paling ideal.

BJ Habibie telah merumuskan konsep nilai tambah industri untuk negara berkembang sejak awal dekade 80-an. Menurut pakar ekonomi dunia, Haller dan Stolowy, (1995) nilai tambah adalah pengukuran performance entitas ekonomi. Arti nilai tambah, perbedaan antara nilai dari output suatu industri, yaitu total pendapatan dari penjualan produk, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah, komponen-komponen atau jasa-jasa untuk memproduksi.

Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output dan input suatu industri. Value added merupakan konsep utama pengukuran income suatu Negara yang secara tradisional berakar pada ilmu ekonomi makro. Hal ini terutama yang berhubungan dengan penghitungan pendapatan nasional diukur dengan performance produktif ekonomi nasional yang biasanya dinamakan produk domestik.

Industri nasional perlu konsolidasi baik BUMN maupun swasta demi mendongkrak nilai tambah produk. SDM teknologi nasional sudah cukup jumlahnya untuk bergotong-royong dan memeras pikiran guna merumuskan proses nilai tambah produk nasional. Sehingga tidak ada lagi bahan baku dan setengah jadi yang dijual ke luar negeri. Kondisi itu tidak bisa menyerap tenaga kerja secara optimal dan belum mampu mendongkrak ekonomi lokal. Penulis Lulusan North Carolina State University, AS

Baca Juga: