Bila vaksinasi hanya dilakukan di negara maju, kemenangan atas Covid-19 hanya akan berumur pendek

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membuat keputusan yang mengejutkan terkait dengan program Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau paten vaksin Covid-19. Sikap Biden itu berbanding terbalik dengan kebijakan yang diambil pendahulunya, Presiden Donald Trump.

Biden mengusulkan agar paten perusahaan farmasi atas vaksin Covid-19 ditunda atau dilepas sementara waktu. Dengan demikian, perusahaan farmasi di seluruh dunia dapat memproduksi vaksin tanpa harus membayar biaya lisensi apa pun kepada perusahaan yang mengembangkan vaksin tersebut.

Pemerintah Jerman menolak proposal AS itu. Jerman berpandangan, sebagai pusat inovasi, negara mereka memiliki kepentingan untuk melindungi hak kekayaan intelektual. Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech merupakan salah satu pembuat vaksin Covid-19 bekerja sama dengan perusahaan farmasi AS, Pfizer.

Upaya Biden memperluas vaksin Covid-19 secara global melalui pelonggaran hak paten juga mendapat penolakan para pemimpin dari 27 negara di Uni Eropa (UE). UE memilih menolak proposal itu dengan alasan kunci mengakhiri pandemi berada pada membuat dan membagikan vaksin lebih cepat.

UE merupakan salah satu produsen vaksin terbesar di dunia. Kawasan itu juga tercatat sebagai pengekspor utama dengan 200 juta dosis sudah dikirim ke luar blok tersebut.

Meski hak kekayaan intelektual untuk bisnis itu penting, Washington tetap mendukung pengabaian hak paten vaksin Covid-19 untuk mengakhiri pandemi. AS mendukung akses vaksin merata bagi negara-negara miskin.

Sikap Biden itu membuat panas-dingin perusahaan farmasi penghasil vaksin. Pfizer, Johnson & Johnson, Moderna, dan AstraZeneca menolak berkomentar atas keputusan Biden. Namun, dampak dari kebijakan Biden membuat saham saham Pfizer, Moderna, Novavax dan saham BioNTech yang terdaftar di bursa mengalami penurunan.

Bagi perusahaan-perusahaan farmasi itu, pengabaian paten semacam itu sama dengan merampas properti perusahaan mereka yang melakukan inovasi dan investasi demi pengembangan vaksin Covid-19.

Pengabaian paten ini jelas akan mengurangi potensi pendapatan yang diharapkan beberapa dari perusahaan-perusahaan ini dari melisensikan paten mereka.

Tetapi, AS berpandangan lain. AS menilai saat ini adalah krisis kesehatan global, dan kondisi luar biasa yang disebabkan pandemi Covid-19 ini membutuhkan tindakan luar biasa.

Pandemi Covid-19 telah merenggut lebih dari 3,2 juta nyawa di seluruh dunia sejak pertama kali muncul pada akhir 2019. Berkat vaksin, angka kematian tersebut dapat ditekan. Lebih dari 1,2 miliar dosis telah diberikan secara global, tetapi kurang dari 1 persen didistribusikan di negara miskin dan kurang berkembang. Negara kaya - negara dituding melakukan penimbunan vaksin Covid-19.

Pendekatan yang paling tepat adalah mengatasi kemacetan produksi yang ada dengan menjual atau menyumbangkan vaksin ke negara-negara di seluruh dunia.

Bila vaksinasi hanya dilakukan di negara maju, kemenangan atas Covid-19 hanya akan berumur pendek. Lihatlah betapa cepatnya virus bermutasi, menciptakan varian baru yang mensyaratkan tantang baru, seperti yang terjadi di India. Pandemi ini hanya bisa dicegah bila dunia bersatu untuk kepentingan kemanusiaan bukan untuk kepentingan bisnis.

Baca Juga: