YOGYAKARTA - Ketua Umum Pimpinan PusatMuhammadiyah Haedar Nashir menegaskan Muhammadiyah lahir bukan sebagai gerakan pemurnian akidah agama, tetapi sebagai upaya memajukan atau mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Pernyataan Haedar disampaikan berdasar pada penelitian panjang para peneliti lokal, peneliti asing, hingga dirinya sendiri yang telah merunut, mengkaji dan membedah hal ihwal Muhammadiyah secara teliti.

"Jujur dulu saya waktu IPM baca seluruh buku Kemuhammadiyahan termasuk yang ditulis di tingkat Pusat kok (hanya) pemurnian, mungkin dulu rujukannya belum mendalam dan tidak hasil dari penelitian yang dilakukan Kiai Dahlan sejak awal. Maka saya tulis bahwa Kiai Dahlan tidak hanya permurnian, justru ada islah atau pembaharuan," ungkap Haedar dalam Baitul Arqam PWM Sulawesi Selatan, dikutip dari rilis PP Muhammadiyah, Senin (10/10).

"Bahkan peneliti-peneliti asing yang menemukan itu. Jadi Dr. Alfian menulis disertasi Muhammadiyah di zaman Belanda hingga akhir itu menulis Kiai Dahlan sebagaireligious reformist, seorang reformis keagamaan, kemudian diasocial changes, pembawa perubahan sosial tapi juga dalam konteks pergerakan Keindonesiaan menjadipolitical power, punya kekuatan dalam gerakan kebangsaan. Tidak mungkin hanya dalam pemurnian. Kalau hanya dalam pemurnian itu, ya nanti pada urusan-urusan yang terbatas saja," terangnya.

Atas hal ini, Haedar lalu berpesan agar anggota, kader,pimpinan dan mubaligh Muhammadiyah kembali membaca dokumen-dokumen resmi Muhammadiyah agar tetap membawa semangat tajdid Kiai Ahmad Dahlan dan tidak terjebak pada gerakan yang bukan corak dari Muhammadiyah.

"Nah mohon rujukan-rujukan inilah bagi pimpinan harus sudah khatam supaya kita betul-betul mendalam dan luas dalam memahami tajdid. Tentang mana aspek yang purifikasi, tandhib, tajrid dan mana yang islah tentu ini pekerjaan kita secara kolektif untuk menggali dan mengembangkan," pesan Haedar.

Baca Juga: