Maestro lukis Srihadi Soedarsono menggambarkan kisah perjalanan bangsa Indonesia lewat karya lukis terbarunya "Jayakarta: the Glory of the Past, Present and Future". Di bentangan kanvas berukuran 2x4 meter, Srihadi memulai alur perjalanan sejarah Kota Jakarta sejak zaman VOC pada abad ke-17 di sebelah kiri, lalu semakin ke kanan adalah Kota Jakarta masa kini.
Butuh ketelitian, ketekunan, dan mental pantang menyerah untuk menyelesaikannya, apalagi saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19 seperti saat ini. Semangat tersebut tersirat dalam lukisan karyanya.
"Alur perjalanan tersebut dibuat layaknya wayang beber yang melukiskan suatu episode cerita sebagai karya seni lukis. Wayang beber merupakan wayang langka yang dimainkan sejak 1223 Masehi asal Kerajaan Jenggala (sekarang Kabupaten Sidoarjo)," kata Srihadi, 89 tahun, dalam keterangannya pada Senin (14/6).
Menggunakan alur wayang beber inilah seniman asal Solo itu memulai lukisan dengan kelompok kapal dagang VOC yang mendarat di Teluk Jakarta pada abad ke-17 pada kiri atas bidang lukis. Kemudian tak jauh dari pantai berdiri benteng VOC. Setelah itu dibangun gedung-gedung antara lain Istana Rijswijk (Istana Merdeka), Stadhuis (Museum Fatahillah), dan Bataviaasch Genootschap (Museum Nasional).
Kemudian bergeser ke kanan, zaman bergulir ke periode proklamasi. Terdapat sebuah tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia yang kemudian berkembang menjadi Monumen Nasional (Monas).
Lalu setelah masa proklamasi bermunculan bangunan-bangunan monumental seperti Gelora Bung Karno, Monumen Selamat Datang, Hotel Indonesia, dan Jembatan Semanggi yang menandai mulai berkembangnya gedung-gedung dan kepadatan di Kota Jakarta.
Hingga akhirnya di kanan atas bidang lukis kita jumpai pelabuhan yang besar, ramai, maju, serta diisi kapal-kapal besar dan kecil. Inilah pelabuhan masa depan yang akan mendukung perkembangan industri Indonesia.
Perjalanan zaman meninggalkan jejak di gaya arsitektur yang berubah, jalan yang bertambah panjang dan saling terhubung, perkembangan teknologi yang memudahkan manusia, serta bergesernya budaya.
Srihadi memvisualkan bangunan-bangunan monumental sesuai dengan gaya arsitektur saat awal dibangun, bukan bentuk yang kita lihat hari ini ketika sudah mengalami renovasi dan perluasan.
"Melihat peristiwa-peristiwa itu ibarat kita melihat wayang beber. Bahkan harapan akan kejayaan masa depan Indonesia pun saya gambarkan di situ," kata Srihadi.
Pemahaman yang mendalam terhadap warna terlihat dari cara Srihadi memilih warna-warna dalam lukisan ini.
"Srihadi bukan hanya mengajak untuk melihat, melainkan juga merasakan warna yang merupakan unsur utama dalam karya. Penggunaan warna emas dalam lukisan ini untuk menunjukkan kejayaan dan kemakmuran sebuah era," papar akademisi seni rupa Farida Srihadi. Ant/I-1

Baca Juga: