SURABAYA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, pada Rabu (11/11) menegaskan bahwa NU tidak akan terlibat dalam politik identitas pada ajang pemilihan presiden 2024.

"Pokoknya saya tegaskan tidak ada calon presiden atau wakil Presiden atas nama NU. Tidak ada sama sekali, supaya jelas posisioning NU mencegah politik identitas," ujarnya di Surabaya.

Pria yang kerap dipanggil Gus Yahya ini menjelaskan, telah menjadi komitmennya sejak awal untuk tidak melibatkan NU ke dalam arus perpolitikan pada Pemilu.

"Komitmen sejak terpilih menjadi Ketum, tidak ingin PBNU ambil bagian dalam kompetisi. Namun berada di posisi netral atau tengah," ungkapnya.

Dia mengatakan, jika ada tokoh NU yang ikut terlibat dalam kontestasi Pemilu 2024, itu adalah keinginan dari tokoh itu sendiri, bukan berasal atas kesepakatan internal di PBNU.

"Ada yang tanya gimana kalau Bu Khofifah, kalau Yaqut, pokoknya tidak ada atas nama NU. Kalau ada capres yang orang NU itu atas nama kredibilitasnya sendiri bukan atas nama NU. Atas nama track recordnya sendiri, atas nama kinerjanya, prestasinya sendiri tidak atas nama NU," ungkapnya.

Gus Yahya menjelaskan, saat ini yang harus dilakukan oleh segenap pihak adalah mempertahankan suasana yang aman, stabil, harmonis di tengah masyarakat.
Dia juga berharap, partai politik turut menjaga suasana harmonis di tengah masyarakat. Sehingga tidak membangun desain politik yang berpotensi merugikan masyarakat.

"Kami berharap, mohon berpikir tentang kesalamatan masyarakat. Mohon, dengan cara berupaya game design dengan cara membangun rancangan permainan yang tidak berbahaya bagi masyarakat," ungkap dia.

Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga menyampaikan permintaan maaf kepada warga di sekitar Surabaya dan Sidoarjo atas keramaian dalam Peringatan Satu Abad NU yang akanvdigelar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, pada 7 Februari 2023. Kegiatan itu direncanakan bakal dihadiri satu juta orang mulai dari kader, pejabat hingga masyarakat umum.

"Mohon maaf kepada masyarakat Surabaya, Sidoarjo, dan mungkin lebih luas lagi yang akan terdampak pada saat kami nanti menyelenggarakan resepsi besar peringatan Harlah Satu Abad NU," ujarnya.

Dia mengatakan, kegiatan itu menjadi simbol kebangkitan baru menuju Abad Kedua NU, dengan membawa tiga momentum dasar yakni spiritual, organisasi dan kultural.

"Kami mengajak masyarakat ikut serta, karena pada akhirnya NU ini bisa hadir diterima, bekerjasama dengan semua orang, bukan hanya warga NU saja tetapi seluruh bangsa," tutupnya.

Baca Juga: