SURABAYA - Dalam sidang pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga (Unair), Retno Widyowati, menyampaikan bahwa berdasarkan studi yang ia lakukan, masyarakat Indonesia banyak menggunakan ramuan tradisional untuk mengurangi nyeri sendi, Rabu (25/10).
"Salah satu metodenya dengan kompres jahe dan bawang merah karena keduanya menurunkan peradangan dan melancarkan peredaran darah," katanya.
Osteoarthritis atau radang sendi dapat menyebabkan rasa nyeri pada persendian. Penyakit ini menyerang penduduk seiring bertambahnya usia mereka. Tatalaksana radang sendi melibatkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
Retno menjelaskan, masyarakat juga mengenal beberapa ramuan obat tradisional lain yang bermanfaat untuk mengurangi radang sendi. Ramuan tersebut antara lain ramuan dari Sumenep, Yogyakarta, dan Solo. Selain itu ia menemukan beberapa tanaman dan hewan yang berpeluang menjadi obat pada radang sendi. Bahan tersebut antara lain akar kuning, bawang dayak, jotang, landing, dan tanduk rusa.
Bawang dayak
Tanaman ini mengandung senyawa yang dapat mengurangi pembengkakan lutut. Sementara jotang memiliki kandungan utama yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri. Selain itu, jotang juga berpotensi sebagai obat anti osteoporosis.
Retno mengungkapkan bahwa dengan memanfaatkan bahan alam sebagai obat anti radang nyeri dapat mendorong kemandirian industri farmasi Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan lebih lanjut seyogianya terus berlangsung.
"90 persen obat dan bahan baku obat mengandalkan impor, hal ini merugikan perekonomian dan industri farmasi. Oleh karena itu peluang bahan alami dalam pengembangan obat sangat terbuka untuk menjadikan Indonesia lebih mandiri," ujarnya.
Akar Kuning
Akar kuning merupakan tumbuhan endemik dari Kalimantan. Masyarakat suku dayak menggunakan akar kuning untuk mengobati nyeri sendi. Tanaman ini memiliki beberapa kandungan metabolit sekunder seperti berberin, talifendin, jatrorrhizine, palmatin, columbamine, dihydro berberin, limasin, dan fibraurin. Kandungan ini berpotensi sebagai anti peradangan.
Meski demikian, uji toksisitas dan uji klinis perlu terlaksana dalam pengembangan akar kuning sebagai obat anti radang sendi. "Uji toksisitas dan uji klinik untuk keberlanjutan akar kuning sebagai obat anti radang sendi perlu dilakukan," tuturnya.
Tanduk Rusa
Tanduk rusa sambar memiliki kandungan kalsium sebesar 73 persen hidroksiapatit dan mineral. Masyarakat Kalimantan Timur mengkonsumsi tanduk rusa sebagai obat mengurangi nyeri dan peradangan sendi. Lebih lanjut, ekstrak etanol 70 persen dari tanduk rusa ternyata berpotensi sebagai obat anti radang sendi.
Kendati demikian serangkaian standarisasi perlu terlaksana untuk menjamin keamanannya. "Serangkaian standarisasi perlu terlaksana sehingga tanduk rusa dapat memenuhi standar sebagai bahan obat baru. Tak kalah penting juga, tanduk rusa harus melewati uji keamanan," pungkasnya.