Crispr-Cas9 genetic scissors membawa revolusi pada bidang rekayasa genetika. Teknik ini membuang bagian genom yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit bawaan yang diturunkan secara permanen.

Penghargaan Nobel Kimia 2020 jatuh pada dua perempuan: Emmanuelle Charpentier (51) dan Jennifer A Doudna (56). Keduanya dinilai memelopori kemajuan dalam teknologi rekayasa genetika.

Kedua perempuan tersebut telah menemukan rekayasa genetika dengan teknik bernama Crispr-Cas9 genetic scissors atau "gunting genetika" CRISPR-Cas9. Dalam penelitian, teknik ini dapat mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) pada manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan presisi tinggi.

Berkat ditemukan gunting genetik melalui makalah yang disampaikan pada 2012, rekayasa genetikan telah mengalami revolusi berdampak. Keduanya berkontribusi baru terapi kanker dan mungkin membuat impian menyembuhkan penyakit-penyakit bawaan lain menjadi kenyataan.

Peneliti dapat memodifikasi gen dalam inti sel melalui gunting negetika yang dulu dianggap sulit, bahkan tidak mungkin. Sekarang menggunakan gunting genetik CRISPR-Cas9 dapat dilakukan dengan cara mengubah kode kehidupan.

"Ada kekuatan yang sangat besar dalam alat genetik ini, yaitu mempengaruhi semua. Itu tidak hanya merevolusi ilmu dasar, tetapi juga menghasilkan tanaman yang inovatif dan akan mengarah ke perawatan medis baru yang inovatif," kata Ketua Komite Nobel Kimia Claes Gustafsson, seperti dilansir BBC.

Penemuan gunting genetika dimulai saat Emmanuelle mempelajari Streptococcus pyogenes. Bakteri ini pada dasarnya merupakan jenis bakteri yang dapat hidup dan tumbuh di tubuh manusia, serta tidak menimbulkan penyakit serius. Namun, pada keadaan tertentu, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi yang menimbulkan gejala, mulai dari ringan hingga serius.

Di dalam Streptococcus pyogenes, dia menemukan molekul yang sebelumnya tidak dikenal, bernama tracrRNA. Dia menyebut tracrRNA bagian dari bekteri kekebalan kuno bernama CRISPR/Cas, yang melucuti senjata virus dengan membelah DNA mereka.

Setelah penemuan itu Charpentier selanjutnya pada 2011, memulai kolaborasi dengan Prof Doudna, dari University of California, Berkeley. Keduanya diperkenalkan oleh rekan Doudna's di sebuah kafe di Puerto Rico, tempat para ilmuwan menghadiri konferensi.

Saat berjalan-jalan di ibu kota pulau itu, San Juan, Charpentier mengusulkan gagasan kepada Doudna untuk bergabung. Kemudian mereka secara bersama menciptakan kembali gunting genetika bakteri dalam tabung reaksi. Mereka juga menyederhanakan komponen molekuler gunting, sehingga lebih mudah digunakan.

Dalam bentuk aslinya, gunting bakteri mengenali DNA dari virus. Namun hasil temuan Charpentier dan Doudna di laboratorium gunting bakteri tersebut dapat diprogram ulang untuk memotong molekul DNA apa pun di situs yang telah ditentukan. Temuan yang menjadi makalah penting ini diterbitkan pada 2012.

Pengeditan DNA oleh kedua ilmuwan ini berupa perubahan spesifik tepat pada DNA yang terkandung dalam sel hidup. "Kemampuan untuk memotong DNA di tempat yang Anda inginkan telah merevolusi ilmu kehidupan," ujar ahli kimia biologi dari Universitas Chalmers, Gothenburg Swedia Pernilla Wittung-Stafshede.

Stafshede menambahkan, teknologi gunting genetika dari kedua wanita tersebut tidak hanya transformatif untuk penelitian dasar, tetapi juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit bawaan, yang saat ini masih sulit dipecahkan. hay/G-1

Baca Juga: