Perum Bulog perlu memanfaatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk merevitalisasi gudang penyimpanan guna memperoleh kembali kepercayaan masyarakat.

JAKARTA - Perum Bulog diminta merevitalisasi seluruh gudang penyimpanan dengan memanfaatkan berlanja modal di APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diperoleh. Revitalisasi fasilitas tersebut dalam rangka mencapai ketahanan pangan.

"Gudangnya (milik Perum Bulog) itu sudah dari tahun 80-an dan sudah sangat tidak layak. Padahal gudang itu penting sekali untuk bisa menyimpan atau menampung stok beras masyarakat. Saya minta Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN memperhatikan isu ini," ucap Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI, Anis Byarwati, usai mengikuti Kunjungan Kerja guna menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terkait Penyertaan Modal Negara (PMN) di Solo, Jawa Tengah, pada 29 Agustus lalu, seperti dikutip laman resmi DPR RI, Rabu (30/8).

Seperti diketahui, Gudang Bulog saat ini dianggap masih tergolong konvensional dengan kemampuan penyimpanan hanya sekitar 1.300 ton. Jika gudang-gudang tersebut dipaksakan untuk tetap digunakan untuk menyimpan beras akan mempercepat penurunan mutu.

Anis Byarwati menegaskan pemberian PMN tidak hanya sekadar menambah ekuitas saja. Tetapi, juga harus dimanfaatkan oleh BUMN untuk kemaslahatan rakyat Indonesia. Dirinya ingin pemberian PMN diiringi dengan adanya evaluasi berkala.

"Kita tidak ingin PMN ini sebagai sebuah rutinitas, tetapi harus ada evaluasinya dan harus (memberikan) efek multiplier karena bagaimana pun itu adalah uang negara yang digunakan (oleh BUMN) harus kembali kepada rakyat ya," tutur Anis.

Senada, anggota BAKN DPR RI, Misbakhun, mendorong Perum Bulog memanfaatkan PMN untuk merevitalisasi gudang penyimpanan. Tanpa upaya tersebut, menurutnya, akan sulit untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.

"Harusnya gudang (penyimpanan) itu sudah harus modern. Gudang yang sekarang itu tidak sesuai dengan tuntutan saat ini. Apalagi kan, tugas Bulog itu menampung beras dan didistribusikan ke rakyat. Maka harus segera perbaiki gudang," tandasnya.

Gudang Modern

Sejak 2020, Perum Bulog membangun sejumlah infrastruktur perberasan untuk memperkuat tata kelola penyerapan gabah dan pengolahan menjadi beras berkualitas. Pembangunan infrastruktur itu bakal menggunakan dana PMN sebesar 1,1 triliun rupiah.

Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal menilai total PMN tersebut digunakan untuk pembangunan modern rice milling plant (MRMP) atau pengolahan beras modern serta gudang penyimpanan modern. "Dana PMN sebesar 1,1 triliun rupiah untuk membangun dua infrastruktur itu setara 57 persen dari total nilai pagu anggaran PMN untuk Bulog sebanyak dua triliun rupiah," kata Awaluddin.

Adapun pemerintah pada 2015 memberikan PMN kepada Bulog sebanyak dua triliun rupiah. Awaluddin mengatakan, hingga 2020 dana PMN Bulog masih tersedia sebanyak 1,9 triliun rupiah.

Awaluddin menjelaskan, fasilitas MRMP akan dibangun sebanyak 14 unit di Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, serta Nusa Tenggara Barat. Total pengolahan kapasitas MRMP itu sebesar 252 ribu ton gabah kering panen (GKP) per tahun.

Dia menjelaskan pembangunan MRMP ditujukan untuk dapat meningkatkan kemampuan penyerapan gabah petani. Mengolah berbagai macam kualitas gabah menjadi beras yang berkualitas dengan harga terjangkau.

Rerata gabah petani yang diserap Bulog dalam kondisi basah dengan kadar air antara 25-30 persen.

Baca Juga: