JAKARTA - Hakim Mahkamah Agung Brazil Alexandre de Moraes mencopot sementara gubernur distrik federal Brasilia pada Minggu (8/1) malam sebagai respons atas serangan terhadap gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan negara itu oleh ribuan pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro,CNN melaporkan.

Gubernur Brasilia Ibaneis Rocha "sangat diam" selama kerusuhan hari Minggu, Kata Moraessetelah menjatuhkan skorsing tiga bulan.Rocha "tidak hanya membuat pernyataan publik yang membela 'demonstrasi politik bebas palsu di Brasilia'", tetapi "juga mengabaikan semua seruan pihak berwenang untuk melaksanakan rencana keamanan."

Rocha mengunggah video pada Minggu pagi, meminta maafkepada Presiden Luiz Inácio Lula da Silva "atas apa yang terjadi hari ini di kotanya yang disebutnya "tidak dapat diterima."Dia juga mengatakan setidaknya 400 orang telah ditangkap dalam kerusuhan itu. Lebih banyak lagi akan diidentifikasi dan mereka yang "berpartisipasi dalam aksi teroris sore ini" akan "membayar untuk kejahatan yang dilakukan."

Jaksa federal Brasil meminta Mahkamah Agung mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk kepala Keamanan Publik Distrik Federal Anderson Torres dan "agen publik lainnya yang bertanggung jawab atas tindakan dan kelalaian" yang mengarah pada pelanggaran tersebut.

Rocha menunjuk Torres, seorang menteri kehakiman di Kabinet Bolsonaro, ke posisi itu dan memecatnya setelah kerusuhan terjadi."Media lokal melaporkan bahwa Torres saat ini berada di AS,"The Associated Press melaporkan.

Bolsonaro, yang tanpa dasar mengklaim kalah dalam pemilu karena kecurangan, telah berada di Florida sejak akhir Desember.Lula dilantik minggu lalu.Sebelum kembali ke ibukota dari Rio pada Minggu malam, Lula menandatangani sebuah dekrit yang menempatkan pemerintah federal sebagai penanggung jawab distrik federal Brasilia.

Belum jelas bagaimana massa pendukung Bolsonaro dapat konvosi sejauh lima mil tanpa hambatan ke alun-alun, tempat gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan istana kepresidenan berada, kemudian memasuki gedung dan merusaknya, BBC News melaporkan. Istana kepresidenan diketahui memiliki brigade tentara yang ditempatkan secara permanen di dalamnya.

"Otoritas Brazil memiliki waktu dua tahun untuk mempelajari apa yang peristiwa invasi Capitol (AS) dan untuk mempersiapkan diri menghadapi hal serupa di Brazil," kata Maurício Santoro, profesor ilmu politik di Universitas Negeri Rio de Janeiro, kepada AP. "Pasukan keamanan lokal di Brasilia secara sistematis gagal mencegah dan menanggapi tindakan ekstremis di kota. Dan otoritas federal yang baru, seperti menteri kehakiman dan pertahanan, tidak dapat bertindak tegas." Demikian dilaporkan The Week.

Baca Juga: