Kali ini keberuntungan menaungi Guardiola saat menorehkan sejarah untuk City, setelah Rodri mencetak mencetak gol 22 menit jelang laga usai.

ISTANBUL - Perjuangan panjang Pep Guardiola untuk memenangkan Liga Champions akhirnya terwujud usai Manchester City memenangkan laga final, Minggu (11/6) dini hari WIB, mengalahkan Inter Milan 1-0. Terakhir kali Guardiola mengangkat trofi Liga Champions 12 tahun lalu. Saat itu, tim Barcelona asuhannya menampilkan performa impresif untuk mengalahkan Manchester United 3-1 di Wembley.

Kali ini kemenangan tipis 1-0 atas Inter Milan di Istanbul tidak akan dianggap sebagai salah satu penampilan terbaik City dalam tujuh tahun sejak pelatih asal Spanyol itu tiba di Manchester. Tapi, kemenangan tersebut paling signifikan bagi City. Klub yang selama ini hidup di bawah bayang-bayang MU, kini telah menyamai capaian "Setan Merah" 1998-1999 dengan meraih treble winners. City meraih Piala Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions di musim yang sama.

"Memenangkan treble winners sangat sulit. Itu sebabnya kali ini tidak penting caranya, tapi mendapatkannya," ujar Guardiola. Pria berusia 52 tahun itu tahu betul tentang detil kecil akan menentukan keberhasilan atau kegagalan di tahap akhir Liga Champions. Usai terakhir memenangkan kompetisi antarklub tertinggi Eropa itu, dia kalah dalam satu final, lima semifinal, dan tiga perempat final dalam 10 musim di Barca, Bayern, dan City.

Berkali-kali keberuntungan meninggalkannya. Lionel Messi melewatkan penalti krusial untuk Barcelona dalam laga melawan Chelsea di semifinal 2012. Thomas Mueller juga melakukan kesalahan dari titik penalti yang membuat Bayern kehilangan tempat di final melawan Atletico Madrid tahun 2016.

Di City, intervensi VAR yang dramatis membatalkan gol Raheem Sterling di menit-menit terakhir dalam kekalahan dari Tottenham di perempat final 2019. Real Madrid bangkit di semifinal musim lalu dari ketinggalan dua gol di detik-detik terakhir setelah serangkaian penyelamatan luar biasa dari Thibaut Courtois untuk membuat City tersingkir.

Kali ini, keberuntungan menaungi Guardiola saat menorehkan sejarah untuk City. Setelah Rodri memberi juara Liga Inggris itu keunggulan dengan mencetak gol 22 menit jelang laga usai. Inter dua kali nyaris menyamakan kedudukan. Tembakan Federico Dimarco membentur mistar sebelum sundulan Romelu Lukaku membentur lutut Ederson.

"Kami harus beruntung dalam kompetisi ini," ujar Guardiola. "Kompetisi ini ibarat koin undian. Tapi, kami ada di sana dan tertulis dalam sejarah," sambungnya.

Dianggap Terbesar

Guardiola sudah dianggap sebagai pelatih terhebat di generasinya berkat 11 gelar liga hanya dalam 14 musim menangani Barca, Bayern, dan City. Namun, kemenangan di Stadion Ataturk juga membungkam kritik yang tersisa atas kemampuannya menuntaskan pekerjaan di level Eropa.

Narasi yang ada kini berbalik. Guardiola menempatkan dirinya sebagai pelatih keempat yang memenangkan tiga gelar Liga Champions sebagai pelatih dan keenam yang memenangkan kompetisi itu dengan dua klub berbeda. Hanya Carlo Ancelotti dengan empat gelar yang memenangkannya lebih banyak.

"Dia jenius," ujar pemain sayap City, Jack Grealish, yang muncul musim ini setelah melewati tahun pertama dengan sulit. "Bahkan tahun lalu ketika saya bermain buruk, tetap di sana bersama saya. Tahun ini dia memberi saya platform itu untuk tampil. Jadi, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya," sambungnya.

Guardiola sebelumnya dituduh terlalu sulit menentukan pilihan starter di Liga Champions. Itu terjadi saat dia meminggirkan gelandang bertahan Rodri dan Fernandinho dalam kekalahan dari Chelsea di final Liga Champions, dua tahun lalu. Kali ini satu-satunya keputusan kontroversialnya adalah mencadangkan Kyle Walker untuk memberi jalan bagi Nathan Ake. Meski demikian, Walker mengatakan menerima keputusan tersebut.

"Saya akan selalu kecewa ketika tidak bermain," ujar Walker. "Tapi, saya akan selamanya berutang padanya," sambungnya. ben/AFP/G-1

Baca Juga: