JAKARTA - Sektor bisnis di Indonesia diperkirakan akan kian ramai dengan mengadopsi kecerdasan buatan generatif atau generative artificial intelligence (Gen AI). AI akan mampu membuat konten marketing, mendesain produk, bahkan membantu management level dalam mengambil keputusan.

"Nantinya, AI bukan hanya membantu individu dalam mengotomatisasi pekerjaan, melainkan menjadi partner untuk kolaborasi. Jadi seperti punya asisten AI," ujar Machine Learning Engineer Devoteam G Cloud Indonesia, Komang Tryana, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Seperti dikutip dari Antara, Komang menjelaskan sekarang ini semua industri, baik digital native, ritel, keuangan, hingga kesehatan, sudah mengadopsi Gen AI. Menurut Komang, industri kecil atau UMKM pun dapat dengan mudah mengadopsi teknologi tersebut, karena di Google Cloud Platform (GCP) sudah disediakan tools pemakaiannya agar menjadi lebih seamless.

Komang mencontohkan untuk bidang gaya hidup, adopsi AI memiliki use case yang sangat beragam. Misalkan, di dunia fesyen, AI bisa memudahkan padu padan outfit of the day (OOTD) berdasarkan koleksi pakaian yang dimiliki.

Di industri kecantikan, AI bisa menjadi skintelligence, yang bisa menyarankan perawatan personal, memberi ide gaya make up sesuai bentuk wajah atau merekomendasikan produk.

Di bidang travel, AI membantu menyiapkan itinerary wisata secara otomatis berdasarkan persona dan anggaran setiap orang. "Jadi, ruang lingkup industrinya sangat luas, sehingga AI bisa sangat personal dan relatable bagi khalayak banyak," imbuhnya.

Efisienkan Pekerjaan

Bagi pebisnis yang ingin beradaptasi dengan AI, Komang berbagi beberapa tip yakni mengenali lebih dalam potensi dari AI, karena AI tentunya dapat mengefisienkan pekerjaan dan meningkatkan profit perusahaan.

Namun, AI bukan pengganti karyawan, tapi mitra. AI dapat meningkatkan kemampuan karyawan sehingga pekerjaannya menjadi lebih efisien dan bagus.

"Start small, dream big. Jika ingin mengadopsi AI, mulai dari hal kecil yang pain point-nya besar. Fungsinya untuk mendapatkan quick win dari adopsi ini," ujarnya.

Selanjutnya, berkolaborasi dengan partner untuk adopsi AI. "Jika business owner tidak memiliki tim data scientist atau machine learning engineer, mereka dapat berkolaborasi dengan partner yang sudah ahli di bidangnya," ujar Komang.

Ancam Kehidupan Manusia

Mengenai perkembangan AI yang dinilai begitu drastis sehingga bisa mengancam kehidupan manusia, Komang berpendapat untuk membuat AI menjadi beraksi optimal dan meminimalkan risiko, perusahaan-perusahaan perlu menerapkan ethical AI yang dibangun dengan panduan untuk menjaga nilai-nilai fundamental, mulai dari hak, privasi, nondiskriminasi, dan nonmanipulasi.

"Tidak bisa dipungkiri, AI bisa mendisrupsi berbagai industri. Di satu sisi, AI dapat membantu menyelesaikan masalah, meningkatkan efisiensi, dan merevolusi dunia kerja. Namun, AI juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif sehingga penting untuk menerapkan ethical AI. Kami di Google Cloud telah berkomitmen pada AI yang etis. Prinsipnya adalah fairness, transparency, privacy,dan benefits," jelasnya.

Komang menambahkan untuk memahami dinamika evolusi kecerdasan buatan, memang dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian.

"Dengan merangkul prinsip-prinsip etis, mendorong inovasi, dan memprioritaskan dampak sosial, kita dapat memanfaatkan kekuatan transformatif AI untuk memajukan bisnis, serta menciptakan masa depan teknologi yang lebih adil, bermanfaat, dan berkelanjutan," sebutnya.

Baca Juga: