MENLOPARK - Bilangan 72 mungkin bukan jumlah yang besar, namun dalam hal komputasi kuantum angka itu sangat besar. Pekan ini Google meluncurkan chip komputasi kuantum baru dengan 72 bit kuantum (qubit, unit dasar mesin kuantum), bernama Bristlecone. Rekor sebelumnya dipegang oleh prosesor berkapasitas 50 qubit milik IBM yang dirilis tahun lalu.

"Walau produk itu masih harus menjalani pengujian lebih lanjut, namun chip baru itu akan dapat mencapai predikat supremasi kuantum' dalam beberapa bulan ke depan," kata kepala riset Google, John Martinis. "Begitu sampai pada supremasi kuantum, kita ingin menunjukkan bahwa mesin kuantum dapat melakukan sesuatu yang sangat berguna," imbuh dia.

Supremasi kuantum merupakan capaian di mana komputer kuantum dapat melakukan perhitungan melebihi kemampuan superkomputer tercepat yang telah ada. Otak dari komputer kuantum diharapkan bisa membantu manusia menemukan obat-obatan dan material baru, serta membaca kriptografi.

Keperkasaan komputer kuantum terletak pada qubit-nya. Tidak seperti bit dalam komputer klasik, yang menyimpan informasi sebanyak 1 atau 0, qubit dapat melakukan dalam berbagai kondisi, 1 dan 0, secara bersamaan (fenomena "superposisi"). Melalui proses yang dikenal sebagai belitan, qubit juga bisa saling mempengaruhi bahkan saat tidak terhubung secara fisik.

Kelebihan itu bermuara pada qubit tambahan ke mesin kuantum. Meskipun beberapa bit tambahan hanya membuat perbedaan sederhana pada kemampuan komputer klasik, tapi cara tersebut dapat meningkatkan daya komputasi secara eksponensial. Itulah sebabnya, tidak diperlukan banyak qubit untuk mengalahkan bahkan superkomputer super paling kuat saat ini.

Namun tetap dibutuhkan upaya rekayasa yang luar biasa untuk menciptakan qubit. Seperti yang dilakukan Google dengan membangun sirkuit superkonduktor dalam penyimpanan yang memiliki suhu lebih rendah dari luar ruangan luar.

Langkah itu untuk melindunginya dari kondisi luar. Fenomena "noise", yakni perubahan suhu, atau vibrasi sedikit saja, dapat menyebabkan qubit menjadi "decohere," atau menjadi rapuh. Bila terjadi, kesalahan dapat menyebar dengan cepat ke dalam proses penghitungan. Dan semakin besar jumlah qubit, semakin banyak kesalahan yang bisa terjadi. Hal itu dapat dikoreksi dengan menggunakan qubit tambahan, atau perangkat lunak pintar, namun akan menghabiskan kapasitas komputasi mesin dalam jumlah yang besar.

Kemajuan teknologi pendingin super dalam beberapa tahun terakhir, telah meningkatkan jumlah qubit yang dapat dijalankan, dan dikelola secara efektif. Namun tetap ada benturan yang konstan antara kekuatan dan kompleksitas.

Harapan untuk mencapai supremasi kuantum sempat pupus sebelumnya. Dalam beberapa waktu, para peneliti beranggapan komputer dengan 49 qubit sudah cukup perkasa. Namun penilaian itu berubah tahun lalu saat peneliti di IBM dapat mensimulasikan sistem kuantum 49 qubit di komputer konvensional.

"Menggunakan komputer kuantum akan seperti mencarter jumbo jet untuk menyeberang jalan," pungkas pakar dari Universitas Oxford, Benjamin.

SB/gma/TechnologyRvw/I-1

Baca Juga: