Mayoritas goa di dunia merupakan jenis goa karst, atau goa yang berada wilayah dengan batuan kapur (karst). Goa ini terbentuk akibat terjadinya peristiwa pelarutan beberapa jenis batuan akibat aktivitas air hujan dan air tanah, sehingga tercipta lorong-lorong.
Namun ada dua goa besar di Indonesia yang terbentuk bukan di daerah kapur yaitu Goa Lawa di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Goa sejenis yang kedua adalah Goa Lava yang berada di Kabupaten Bangli, Bali.
Goa Lawa dari kata "lawa" yang berarti kelelawar berada di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja. Goa ini terbentuk akibat dari aliran sungai lava atau aliran lava yang keluar dari kepundan Gunung Slamet purba. Lava sendiri merupakan material cairan panas yang berpijar-pijar.
Dalam proses pembentukan Goa Lawa, lava keluar dari pusat kawah Gunung Slamet yang lokasinya berbeda dengan yang ada sekarang ini. Lava yang keluar dari kawah menuruni lembah lalu membeku menjadi batu keras berbentuk semacam kubah.
Di bawah batuan beku ini masih ada materi tanah lembek dan kemudian terbawa aliran air menciptakan ruang kosong atau rongga yang kemudian disebut goa. Tidak heran sampai saat ini goa ini masih terdapat aliran air yang menetes, sehingga di berapa titik pengunjung perlu menggunakan jas hujan atau payung. Air-air semacam itulah yang melarutkan materi dulunya.
Menurut hasil survei yang digagas oleh pemerintah kabupaten dengan metode Leapfrog Method dan pengukuran Chamber menggunakan metode poligon terbuka, luas ruangan Goa Lawa 6.683 meter persegi. Sedangkan panjangnya mencapai dari ujung ke ujung 1.200 meter.
Goa Lawa yang berada pada ketinggian 900 mdpl cocok untuk geowisata atau wisata kebumian terkait dengan ilmu pengetahuan, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam. Di disi wisatawan dapat menemukan 14 ruangan dengan nama-nam tersendiri.
Ke-14 nama ruangan dimaksud seperti Goa Batu Semar, Goa Waringin Seto, Goa Dada Lawa, Goa Batu Keris, Goa Ratu Ayu, Goa Langgar, Goa Angin, Goa Museum Batu, Goa Rahayu, Goa Cepet, Goa Pos, Goa Danau, Goa Lorong Panembahan, serta Goa Naga.
Dalam survei tersebut masih ada dua ruangan yang masih misteri dan belum dibuka untuk wisatawan. Namun saat ini ruangan itu digunakan untuk koloni kelelawar, dan satunya lagi masih tertutup lumpur.
Sejarah Goa Lawa bermula dari zaman kolonial Belanda. Dulunya kawasan tersebut dijadikan sebagai hutan koffie central atau sentral kopi. Kekuasan wilayah tersebut secara turun temurun berpindah tangan dan pada saat itu akhirnya dikuasai oleh Ki Wangsa Dirana.
Pada saat Ki Wangsa sedang memotong rumput, ada seorang warga yang menggembalakan kambing di sekitar dataran tinggi miliknya. Tak lama kemudian si penggembala kambing tertidur bersandar di bawah rindang pohon hingga dibangunkan oleh Ki Wangsa.
Tapi si penggembala kebingungan karena kambing-kambingnya tidak ada di tempat semula. Bersama Ki Wangsa akhirnya si penggembala mencari kambing-kambingnya di antara semak belukar.
Lama tak kunjung ditemukan akhirnya mereka memutuskan untuk membabat semak belukar yang rimbun dengan harapan kambing-kambing tersebut dapat segera ditemukan. Namun betapa terkejutnya mereka, karena malah menemukan sebuah rongga besar yang menganga di bawah tanah.
Penemuan yang terjadi pada 1978 itu dilaporkan oleh pemerintah Desa Siwarak ke Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Selanjutnya pemda segera menindaklanjuti hal tersebut dengan mengutus Tim Ahli Geologi dari ITB. Setelah diteliti pada 30 November 1979 secara resmi Pemerintah Daerah Purbalingga membuka Objek Wisata Goa Lawa.
Wisata ini terus mengalami pembenahan dan renovasi dengan tetap menjaga keaslian goa yang lokasinya terlalu jauh dari Jalan Raya Purbalingga - Pemalang. Pemerintah terus mempercantik dengan membersihkannya dari lumpur dan melakukan pembangunan untuk mempermudah pengunjung.
Pada 2018 lalu Pemerintah Purbalingga melakukan renovasi dengan menambah lampu-lampu berwarna-warni untuk mengoatkan dan memperjelas ornamen di dalam goa, seperti yang bisa dilihat saat ini. Lampu-lampu tersebut semakin memperindah pemandangan dari sebelumnya hanya, yang hanya berupa pencahayaan temaram dari lampu kuning dan putih.
Di samping menawarkan pesona goa yang terbentuk dari lava ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti mini zoo atau kebun binatang mini. Fasilitas lainnya berupa rumah joglo, gazebo, tempat permainan anak, rumah pohon, padang rumput, dan kawasan hutan pinus.
Harga tiket masuk Goa Lawa Purbalingga pada hari biasa adalah 6.000 rupiah sedangkan pada hari libur atau tanggal merah dikenakan tarif 7.500 rupiah. Bagi keluarga yang membawa anak berusia diatas 3 tahun, sudah dikenakan tarif normal.

Ngopi Asyik ala Zaman Dinosaurus

Goa Lawa sepertinya ingin menghadirkan suasana lain. Selain sebagai tempat wisata edukasi mengenai goa yang terbentuk dari lava yang membeku, tempat ini dijadikan tempat nongkrong yang asyik agar semakin banyak wisatawan yang berkunjung.
Oleh karenanya sejak sekitar 2017 pemerintah Kabupaten Purbalingga mendirikan kafe di dalamnya yang dinamai Lava Coffee Shop. Berada di mulut goa, kafe seperti menghadirkan suasana seperti pada film-film era dinosaurus atau zaman purba.
Tujuan pendirian pendirian kafe ternyata berhasil menarik lebih banyak wisatawan. Tercatat kunjungan ke Goa Lawa pada 2018 mengalami peningkatan sebesar 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Lava Coffee Shop menghadirkan tempat nongkrong yang nyaman bagi penikmat kopi. Di tengah hawa yang sejuk, cara dan ditemani secangkir kopi hangat adalah cara untuk mengistirahatkan kaki setelah berkeliling di lokasi sekitar. Aroma kopi yang baru digiling oleh barista menghadirkan suasana rileks.
Kafe didirikan di lubang goa yang cukup lebar, memadukan suasana gelap di dalam dan terang di luar. Terdapat ruangan untuk barista berbentuk setengah lingkaran. Di atasnya tertulis "Lava Coffee Shop" dengan ukuran cukup besar, sekaligus menjadi titik foto untuk memamerkan kafe di dalam goa.
Sedangkan lantainya dibiarkan alami berupa lapisan pasir kasar. Di diatas pasir tersebut ditempatkan beberapa meja bundar pada ujung atas dan bawah, seperti bentuk gulungan kabel. Meja-meja ini dikelilingi oleh kursi santai, tempat pengunjung duduk menikmati suasana.
Di langit-langit goa berupa batuan beku yang berasal dari lava yang mendingin dengan kontur yang kasar. Oleh tembakan lampu berwarna-warni seperti biru, merah, kuning, membuat suasana semakin meriah.
Harga kopi di Lava Coffee Shop dijual dengan harga cukup terjangkau. Untuk secangkir kopi ditemani dengan makanan khas Banyumas yaitu mendoan dikenakan harga 45.000 rupiah. Jika tidak suka dengan kopi pilihan lainnya adalah coklat panas dengan harga 30.000 rupiah, atau Susu Jahe dengan harga 10.000 rupiah. hay

Baca Juga: