Gempuran Russia di Ukraina belum mereda. Kali ini pasukan Russia mengincar kota pelabuhan Odessa yang merupakan  akses keluar ekspor gandum dan biji-bijian Ukraina di Laut Hitam.

KYIV - Kota pelabuhan Odessa di barat daya Ukraina pada Selasa (10/5) malam digempur oleh serangan misil Russia. Serangan itu menghancurkan bangunan, membakar pusat perbelanjaan dan menewaskan satu orang.Serangan misil Russia ke Odessa itu terjadi hanya selang beberapa jam setelah kunjungan dadakan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, ke kota pelabuhan itu.

Michel sebelumnya telah memperingatkan bahwa pasokan penting gandum dan biji-bijian yang siap diekspor dari Ukraina, salah satu produsen utama dunia, terhenti di Odessa karena konflik.

"Makanan yang sangat dibutuhkan ini terbengkalai karena perang Russia dan blokade pelabuhan Laut Hitam yang menyebabkan konsekuensi dramatis bagi negara-negara yang rentan. Kami membutuhkan tanggapan global," ucap Michel.

Sementara itu pihak Kepresidenan Ukraina mengatakan bahwa pusat pertempuran telah pindah ke Bilogorivka di wilayah Lugansk. Sebelumnya pada Minggu (8/5), terjadi serangan udara mematikan Russia di sebuah sekolah desa di wilayah ini yang menurut pejabat Ukraina telah menewaskan 60 orang.

Pindahnya pusat pertempuran terjadi setelah Russia meningkatkan pertempurannya untuk merebut timur Ukraina akibat gagal merebut Kyiv.

Pada saat bersamaan, Kyiv mengatakan bahwa lebih dari 1.000 tentara Ukraina, banyak dari mereka terluka, tetap bertahan di pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan Mariupol yang telah dikuasai Russia.

"Lebih dari seribu tentara Ukraina tetap berada di pabrik itu," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk. "Ratusan orang terluka. Ada orang dengan luka serius yang membutuhkan evakuasi segera. Situasinya memburuk setiap hari," imbuh Vereshchuk.

Pabrik baja Azovstal adalah kantong perlawanan terakhir Ukraina di kota pelabuhan selatan. Pada akhir pekan lalu, Vereshchuk mengatakan semua perempuan, anak-anak dan orang tua telah dievakuasi dari Azovstal sebagai bagian dari misi kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh PBB dan Palang Merah.

Teken Undang-Undang

Sementara itu di Amerika Serikat (AS) dilaporkan bahwa Presiden Joe Biden pada Senin (9/5) telah menekan undang-undang (UU) yang memberinya kekuatan baru untuk mempercepat pengiriman peralatan dan pasokan militer ke Ukraina selama invasi Russia yang sedang berlangsung.

UU baru itu yang mencontoh UU di era Perang Dunia II yang awalnya digunakan untuk membantu negara-negara Eropa memerangi Nazi Jerman, memberi wewenang pada pemimpin AS untuk membuat kesepakatan cepat dengan Ukraina serta negara-negara Eropa Timur lainnya untuk pengiriman peralatan.

Penekenan UU ini dilakukan ketika Presiden Russia, Vladimir Putin, menyalahkan negara-negara Barat atas invasinya ke Ukraina dengan mengatakan tindakan Russia itu merupakan tanggapan atas ancaman yang sama sekali tidak bisa diterima di dekat perbatasan negaranya. AFP/VoA/I-1

Baca Juga: