Kontribusi pendapatan dari anak perusahaan Garuda sangat signifikan, terutama dari Citilink Indonesia, GMF AeroAsia, Gapura Angkasa, dan Aerofood ACS.

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengincar pendapatan baik induk maupun anak perusahaan pada tahun 2018 sebesar 4,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS). "Memang tahun ini operasional kita sebagai Sky Beyond 3,5 dapat memberikan kontribusi ke pendapatan 4,9 miliar dollar AS," kata Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Helmi Satriyono, dalam Paparan Kinerja Perusahaan 2017 dan Rencana Bisnis Korporasi 2018, di Jakarta, Selasa (23/1).

Untuk maskapai Garuda Indonesia sendiri, dia menargetkan pendapatan sekitar 3,6 miliar dollar AS atau meningkat sekitar 12 persen dari pendapatan 2017 sebesar 3,2 miliar dollar AS. Sementara untuk pendapatan bersih ditargetkan 8,7 juta dollar AS, total aset 5,3 miliar dollar AS, total liabilitas 4,2 juta dollar AS, dan total kecukupan modal 1,1 miliar dollar AS.

Helmi menuturkan ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut, di antaranya memaksimalkan kinerja anak perusahaan. "Secara total 2018 itu akan memberikan 4,9 miliar dollar AS, kontribusi anak perusahaan itu 24 persen," katanya. Dia menambahkan, kontribusi pendapatan dari anak perusahaan sangat signifikan, terutama dari Citilink Indonesia, GMF AeroAsia, Gapura Angkasa, dan Aerofood ACS.

Selain itu, dia juga akan mengoptimalkan rute-rute yang dimiliki, baik domestik dan internasional dan untuk 2018 akan difokuskan pengembang di rute internasional. Helmi menjelaskan untuk pengembangan rute internasional dari 16-18 persen, sementara itu untuk domestik sembilan persen.

"Tren 2017 kita lanjutkan, internasional memberikan kontribusi bagus, ada ekspansi luar negeri 16-18 persen, domestik sembilan persen. Jadi, kita ambil ini memang 2017 memberikan peluang yang cukup besar," katanya. Adapun aksi korporasi GIAA lainnya, yaitu penundaan pembelian pesawat hingga 2020 karena bisa menghemat biaya sewa dan operasional. Adapun 94 persen pesawat yang dioperasikan oleh Garuda itu sewa.

"Pesawat itu kalau datang harus dipakai. Karena itu, kita sudah bernegosiasi dengan Boeing, Airbus, dan ATR untuk menunda dua hingga tiga tahun untuk memberikan ruang memperbaiki kinerja dan memastikan menghasilkan pendapatan," jelas Helmi. Tantangan lainnya, yaitu harga avtur yang meningkat dengan mengambil porsi dari struktur biaya operasional 30-40 persen.

Untuk itu, Garuda akan melakukan lindung nilai atau hedging sekitar 25 persen. "Tiap bulan kita monitor, kemudian kita tambahkan jumlah di hedge minyaknya supaya kita dapat mempertahankan harga," katanya.

Pelayanan Ditingkatkan

Direktur Operasi Garuda, Capt Triyanto Moeharsono, menambahkan, tahun ini Garuda akan meningkatkan level pelayanan yang salah satu indikator keberhasilan adalah on time performance (OTP) atau tingkat ketepatan waktu yang ditargetkan mencapai 91 persen.

"Kami juga aktif berkoordinasi dengan Angkasa Pura maupun AirNav untuk memastikan kelancaran operasional layanan penerbangan, khususnya untuk menunjang capaian OTP layanan penerbangan yang lebih baik lagi. Adapun pada tahun ini, Garuda Indonesia juga berhasil menekan trend incident rate hingga 0,329 per 1.000 flight jauh di bawah total batas maksimum incident rate sebesar 0,700," kata Triyanto.

Pada kesempatan yang sama, Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia, Hengki Heriandono, mengapresiasi masukan dari Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) dan Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga). "Kami menyadari bahwa rekan-rekan pilot dan Sekarga memiliki komitmen dan kesadaran bersama atas keberlangsungan bisnis perusahaan untuk dapat terus berkembang ke depannya.

Kami pastikan bahwa hal-hal yang dieskalasikan rekan-rekan pilot tersebut tentunya akan selalu menjadi perhatian perusahaan," katanya. Khususnya terkait komitmen efisiensi, kata Hengki, yang saat ini dijalankan perusahaan yang tentunya mempertimbangkan seluruh aspek terkait yang kami pastikan tidak berdampak pada aspek layanan kepada penumpang maupun kondisi operasional perusahaan.

Manajemen akan tetap mengedepankan aspek safety yang menjadi landasan utama komitmen operational excellence yang dijalankan perusahaan. Ditegaskan juga oleh Hengki, sejalan dengan upaya efisiensi yang dilaksanakan, Garuda Indonesia telah melaksanakan renegosiasi kontrak pesawat bersama pihak manufaktur atau lessor sehingga dapat menurunkan harga sewa pesawat hingga 25 persen.

Selain itu, Garuda Indonesia terus memaksimalkan potensi armada yang ada saat ini dengan melakukan utilisasi armada di rute rute padat penumpang.

mza/AR-2

Baca Juga: