JAKARTA - Generasi Alfa atau generasi A yaitu generasi yang lahir ketika pandemi memiliki tantangan yang lebih kompleks. Untuk mengetahui tingkat skillset apa dikuasai Enfagrow A+ melakukan polling dengan kepada anak-anak generasi ini.

Hasilnya sebesar 18,2 persen responden menyatakan anaknya belum mampu mengikuti instruksi 2 (dua) langkah ketika berusia 2 tahun. Sebesar 24,2 persen menyatakan anaknya belum mampu mendorong tangan keluar lubang baju atau mendorong kaki keluar lubang celana saat dibantu berpakaian di usia 12 bulan.

Selain penyesuaian milestone kecerdasan akademis dan emosional tersebut, khusus Generasi Alfa ini juga menghadapi tantangan klasik para pendahulunya, yaitu digitalisasi dan otomatisasi yang kini diperkirakan maju sekitar 5 tahun lebih pesat oleh para pakar. Tentunya, segala perubahan ini menambah urgensi untuk menyiapkan si kecil menghadapi masa depan yang dinamis dan semakin dibalut ketidakpastian.

Untuk memberikan pengetahuan kepada para ibu, Enfagrow A+ menggandeng psikolog Ajeng Raviando, Psi., untuk mendampingi langsung para ibu dalam upayanya memaksimalkan kecerdasan akademis & emosional si Kecil perusahaan mengadakan cara A+ Masterclass yang diadakan di Jakarta 9 Oktober 2022 dan Surabaya pada 30 Oktober 2022. Stimulasi, nutrisi, dan lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama Kecerdasan Akademis dan Emosionalnya.

"Kondisi yang tak menentu seperti pandemi yang terjadi akhir-akhir ini membuat pola stimulasi dan lingkungan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Orang tua malah banyak memberikan gawai agar anak tenang dan kurang berinteraksi langsung," ujar dia melalui siaran pers Kamis (13/10).

Penggunaan gawai pada generasi A dan kurangnya perhatian dapat mengganggu tumbuh dan kembang anak secara optimal. Ia menjelaskan, selama pandemi, banyak situasi yang tidak menentu, sulit diprediksi dan terjadi banyak perubahan secara signifikan.

"Hal ini tidak hanya berat bagi orang dewasa, namun juga membingungkan bagi anak-anak dan berpengaruh pada tumbuh kembang si kecil. Disini peran orang tua menjadi semakin penting untuk memastikan si Kecil mendapatkan perasaan aman dan mendukung stimulasi untuk optimalkan kecerdasan emosionalnya," paparnya.

Category Manager Nutrition Reckitt Indonesia Lazuardi Putra menurutkan dengan semakin dekatnya era Volatilitas, Ketidakpastian, Kompleksitas, Ambiguitas (VUCA) dan ditambah lagi percepatan digitalisasi dan otomatisasi, si kecil yang lahir di masa pandemi menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Pada masa ini persyaratan untuk sukses bukan hanya menjadi juara akademis di kelas saja, namun juga memiliki kecerdasan emosional.

"Kami menyadari bahwa para ibu membutuhkan sebuah panduan baru untuk menjawab ini. Karena itu, melalui A+ Masterclass kami ingin mendampingi para Ibu dalam upaya mereka mengembangkan Kecerdasan Akademis dan Emosional si Kecil, serta mengingatkan pentingnya asupan nutrisi yang optimal bagi si Kecil."

A+ Masterclass membagikan pengetahuan tentang keseimbangan pengembangan Kecerdasan Akademis melalui 4 pilar yang terdiri dari, pemecahan masalah, memori, kosa kata, dan kognitif. Dalam pengambangan kecerdasan emosional disampaikan melalui 4 pilar terdiri dari, yaitu memotivasi diri, pengendalian diri, empati, dan leadership.

Baca Juga: