JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan program perluasan areal tanam melalui pompanisasi sebagai solusi cepat dalam mengantisipasi kekeringan panjang. Pompanisasi perlu dipercepat mengingat saat ini Indonesia fokus peningkatan produksi di seluruh Indonesia.
"Yang pasti kami telah mengalokasikan anggaran baik melaluirefocusingmaupun anggaran biaya tambahan untuk kegiatan irigasi perpompaan, irigasi perpipaan, dan perpompaan untuk mendukung peningkatan perluasan areal tanam," kata Sekretaris Jenderal Kementan, Prihasto Setyanto, dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (6/7).
Seperti dikutip dari Antara, Prihasto menyampaikan dalam dalam upaya tersebut pihaknya juga menggandeng berbagai pihak, di antaranya dilakukan bersama jajaran TNI di Desa Dlangu, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Saat ini, lanjut Prihasto, pemerintah tengah berupaya memberikan bantuan bahan bakar pompa guna mempercepat produksi serta mendorong terjadinya peningkatan areal tanam secara tepat. Meski begitu, dia meminta agar program tersebut mendapat masukan langsung dari para petani setempat.
"Kepada petani maupun pemerintah daerah silakan mengusulkan pompa jika ada potensi penambahan areal tanam dengan memanfaatkan pengairan bersumber dari sungai. Saya mengajak, mari optimalkan air sungai untuk tanaman pangan dan jangan dibuang ke laut," katanya.
Antisipasi Krisis Air
Pakar pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya, Ramdan Hidayat, mendukung rencana pompanisasi pemerintah karena memang dibutuhkan untuk antisipasi krisis air dalam musim kemarau.
"Padi atau budi daya pertanian yang lain tidak akan tumbuh dengan sehat kalau kekeringan. Kita bisa meniru di Jepang yang sudah lama menjalankan pompanisasi pada sektor pertaniannya. Mereka mengalirkan air dari sungai ke tempat penampungan menggunakan pompa yang kuat, baru dialirkan dengan pipa yang tertanam ke sawah-sawah," kata Ramdan.
Kemudian, tambah Ramdan, setiap pemilik sawah dapat membuka tuas untuk mengairi lahannya dan ini dilakukan bergilir sehari keluar sehari tutup, sesuai kebutuhan pertanian setempat. Untuk mengatur ketinggian air dengan cara menaikkan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual.
Dia mengatakan air yang dibuang dari sawah masuk saluran ingasi yang terbuat dari beton supaya mudah kembali ke sungai kecil, tanpa merembes ke tanah. Tentunya sistem semacam ini akan sulit terwujud tanpa ada kehadiran negara, sehingga pemerintah perlu turun tangan. Kalau berhasil, ini akan menjadi semacam revolusi dalam pertanian Indonesia karena bisa menekan kekeringan secara signifikan waktu kemarau.
Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, mengatakan selama ini wilayahnya sukses menjadi salah satu penyumbang lumbung pangan Jawa Tengah dengan rata-rata produksi di atas 6 ton per hektare.
Yuli menyampaikan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dapat tercapai lantaran Kementan terus memberi perhatian besarnya pada sarana dan prasarana. "Alhamdulillah, sarana yang ada memadai dan efisien. Kami bersyukur karena sarana yang ada ini didukung langsung oleh SDM yang mumpuni," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Dandim 0708 Purworejo, Letkol Inf Yohanes Heru Wibowo, menyampaikan terima kasih atas bantuan dan perhatian besar jajaran Kementan yang telah melibatkan TNI dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.