JAKARTA- Kebijakan Pemerintah meminta perusahaan yang mengekspor komoditas bahan mentah untuk mengelola menjadi bahan jadi (hiliriasi) mulai menunjukkan hasil positif. Seiring dengan naiknya penerimaan negara, perusahaan yang berbasis komoditas dan mineral terus berlomba-lomba membangun fasilitas pemurnian atau smelter di dalam negeri sebagai syarat untuk mengekspor produknya.
Beberapa perusahaan khususnya yang bergerak di bidang pertambangan pun masuk mencari pembiayaan ke pasar modal melalui mekanisme penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering/IPO.
Pencarian modal itu pun disambut antusiasme dari para investor karena dana yang emiten terima akan digunakan senagai belanja modal untuk membangun smelter.
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat tiga perusahaan tambang yang go public tahun ini yaitu PT Trimegah Bangun Persada Holding Harita Nickel dan PT Merdeka Battery Materials serta PT Amman Mineral International Tbk (AMMN).
Perusahaan tersebut mampu meraup dana dari publik dengan jumlah yang cukup fantastis. AMMN misalnya mampu meraih dana 10,73 triliun rupiah atau lebih besar dari yang diperoleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) sebesar 10 triliun rupiah.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengapresiasi Amman Mineral atas usahanya sehingga proses dari persiapan hingga IPO sukses dilalui dan mengantarkan perusahaan untuk mencapai prost yang tertinggi di tahun ini," kata Yetna dalam sambutannya di Main Hall BEI, Sudirman, Jakarta Jumat, (7/7).
Yetna pun meminta jajaran manajemen untuk lebih transparan kepada publik, menjaga operasional perusahaan agar berkelanjutan dengan menjaga kelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar.
Pengembangan Bisnis
Direktur Utama AMMN, Alexander Ramlie mengatakan IPO saham untuk mendukung pengembangan bisnis, sekaligus membangun smelter tembaga dan pemurnian logam mulia, karena prospek usaha kedua komoditas tersebut sangat baik.
"Permintaan tembaga di dunia akan terus meningkat," kata Alexander.
Apalagi, tembaga merupakan komoditas yang sangat penting untuk transisi global menuju renewable energy.
"Sedangkan supply tembaga ada kemungkinan akan mulai menurun jika tidak ada tambang tembaga baru yang mulai beroperasi," jelasnya.
Perusahaan tersebut menerbitkan 6,32 miliar saham biasa atau setara 8,8 persen saham ke publik, dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga penawaran sebesar 1.695 rupiah per saham.
Adapun dana IPO akan digunakan untuk sejumlah proyek. Pertama, 1,79 triliun rupiah akan digunakan sebagai penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Industri (AMIN) untuk membiayai proyek smelter dan pemurnian logam mulia di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kemudian 3,05 triliun rupiah akan digunakan untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Sisanya digunakan untuk penyetoran modal guna membiayai pengeluaran modal proyek ekspansi pabrik konsentrator dan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB.