Peri gigi merupakan tamu yang disambut baik oleh setiap anak yang kehilangan gigi. Peri tersebut tidak hanya akan meninggalkan hadiah kecil di bawah bantal, tetapi anak tersebut juga akan dijamin mendapatkan gigi baru dalam beberapa bulan.

Peri gigi merupakan tamu yang disambut baik oleh setiap anak yang kehilangan gigi. Peri tersebut tidak hanya akan meninggalkan hadiah kecil di bawah bantal, tetapi anak tersebut juga akan dijamin mendapatkan gigi baru dalam beberapa bulan.

Namun bagi orang dewasa, di lokasi gigi yang sudah tanggal, hal ini sudah tidak berlaku lagi.Studi yang dilakukan Katsu Takahashi, peneliti utama dan kepala departemen kedokteran gigi dan bedah mulut di Medical Research Institute Kitano Hospital di kota Osaka, menawarkan harapan baru.

Obat yang dikembangkan dengan menemukan antibodi untuk satu gen terkait sensitisasi uterus-1 atau USAG-1, dapat merangsang pertumbuhan gigi pada tikus yang menderita agenesis gigi, suatu kondisi bawaan.

Agenesis gigi merupakan salah satu anomali perkembangan gigi yang paling umum pada manusia, yaitu tidak adanya benih dari satu atau lebih gigi. Salah satu jenis dari agenesis gigi adalah anodontia yang banyak dijumpai pada populasi dunia.

"Morfogenesis gigi individu bergantung pada interaksi beberapa molekul termasuk BMP, atau protein morfogenetik tulang, dan sinyal Wnt," kata Takahashi dikutip dari laman Kyoto University.

BMP dan Wnt terlibat dalam lebih dari sekadar perkembangan gigi. Keduanya memodulasi pertumbuhan beberapa organ dan jaringan jauh sebelum tubuh manusia berukuran sebesar kismis. Akibatnya, obat-obatan yang secara langsung mempengaruhi aktivitas keduanya biasanya dihindari, karena efek sampingnya dapat berdampak pada seluruh tubuh.

Dengan menduga bahwa menargetkan faktor-faktor yang menghambat BMP dan Wnt secara khusus dalam perkembangan gigi bisa lebih aman, tim tersebut mempertimbangkan gen USAG-1. "Kami tahu bahwa USAG-1 bermanfaat bagi pertumbuhan gigi. Yang tidak kami ketahui adalah apakah itu akan cukup," papar Takahashi.

Oleh karena itu, para ilmuwan menyelidiki efek beberapa antibodi monoklonal untuk USAG-1. Antibodi monoklonal umumnya digunakan untuk mengobati kanker, radang sendi, dan pengembangan vaksin. USAG-1 berinteraksi dengan BMP dan Wnt.

Akibat interaksi tersebut, beberapa antibodi menyebabkan tingkat kelahiran dan kelangsungan hidup tikus yang buruk. Hal ini menegaskan pentingnya BMP dan Wnt pada pertumbuhan seluruh tubuh. Namun, satu antibodi yang menjanjikan mengganggu interaksi USAG-1 dengan BMP saja.

Eksperimen dengan antibodi ini mengungkapkan bahwa pensinyalan BMP sangat penting untuk menentukan jumlah gigi pada tikus. Selain itu, pemberian tunggal sudah cukup untuk menghasilkan seluruh gigi. Eksperimen berikutnya menunjukkan manfaat yang sama pada musang.

"Musang adalah hewan diphyodont dengan pola gigi yang mirip dengan manusia. Rencana kami berikutnya adalah menguji antibodi pada hewan lain seperti babi dan anjing," jelas Takahashi.

Penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan manfaat antibodi monoklonal pada regenerasi gigi dan menyediakan kerangka terapi baru untuk masalah klinis yang saat ini hanya dapat diatasi dengan implan dan tindakan buatan lainnya.

"Rekayasa jaringan konvensional tidak cocok untuk regenerasi gigi. Penelitian kami menunjukkan bahwa terapi molekuler bebas sel efektif untuk berbagai macam agenesis gigi bawaan amat bermanfaat," simpul Manabu Sugai dari Universitas Fukui, penulis lain penelitian tersebut. hay/I-1

Baca Juga: