Juru bicara Layanan Perbatasan Negara Ukraina, Andriy Demchenko pada Rabu (5/4) mengatakan Kyiv akan bersiap apabila angkatan bersenjata Belarusia bergabung dengan upaya perang Rusia di Ukraina.

Belarusia yang merupakan sekutu dekat Rusia, mengatakan militernya telah memulai latihan skala besar pada Rabu (5/4) untuk menguji kesiapan tempur mereka. Namun, pihak Belarusia meyakinkan bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman bagi negara tetangganya.

"Kami tidak mengesampingkan bahwa Federasi Rusia pada titik tertentu dapat menggunakan wilayah Belarus, Angkatan Bersenjata Republik Belarus, melawan Ukraina," kata Demchenko seperti dikutip Reuters.

Demchenko mengungkapkan bahwa Ukraina telah memperkuat perbatasan dengan Belarusia sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

"Oleh karena itu, kami siap," katanya.

Sebagai informasi, Rusia melancarkan invasi setelah mengadakan latihan bersama dengan Belarusia yang memungkinkannya untuk memindahkan lebih banyak pasukan lebih dekat ke perbatasan dengan Ukraina.

Reuters melaporkan daerah Ukraina yang berdekatan dengan Belarusia juga menjadi target serangan Rusia pada tahap awal invasi. Namun, kini serangan Rusia sekarang difokuskan di wilayah timur dan tenggara Ukraina.

Tidak hanya dengan Belarusia, Demchenko mengatakan Ukraina turut memperkuat perbatasannya dengan wilayah Transnistria yang juga didukung Rusia.

Ketegangan juga meningkat di wilayah tersebut sejak pihak berwenang setempat mengatakan wilayah itu menjadi sasaran serangkaian serangan.

Para pejabat Ukraina telah menyatakan keprihatinan tentang situasi di Transnistria dan mengutuk apa yang dikatakannya sebagai upaya Rusia untuk menyeret kawasan itu ke dalam perang Rusia melawan Ukraina.

Moskow juga telah menyuarakan keprihatinan dan mengatakan pihaknya mengikuti peristiwa di Transnistria dengan cermat.

Kent Logsdon, duta besar AS untuk Moldova, mengatakan pada Rabu bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan apa yang dia gambarkan sebagai upaya untuk menggambar ulang peta Eropa di bawah todongan senjata adalah penyebab keprihatinan besar di seluruh dunia.

Media Moldova melaporkan bahwa Washington tidak memiliki bukti bahwa Moskow ingin memperpanjang perang ke Moldova dan mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan kalah perang.

Baca Juga: