Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikinmenuturkan puncak penyebaran infeksi Covid-19 varian Omicron BA.4 dan BA.5 kemungkinan akan terlihat pada pekan kedua hingga ketiga Juli mendatang.

Menurut Budi, prediksi itu didasarkan pada pola puncak penyebaran yang terjadi satu bulan usai kasus pertama ditemukan.

"Pengamatan kami gelombang BA.4 dan BA.5 biasanya puncaknya tercapai sebulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu ke 2-3 Juli kita akan lihat puncak kasus dari BA.4 dan BA.5 ini," kata Budi dalam konferensi pers, pada Senin (13/6).

Budi lantas mewanti-wanti masyarakat untuk tetap waspada terhadap penularan Covid-19. Lantaran sejumlah negara lain tengah menyiapkan pola mitigasi baru menghadapi lonjakan infeksi dua varian Omicron tersebut.

Walaupun begitu, Budi meyakini kenaikan kasus di puncak penyebaran tidak akan melonjak secara signifikan, terlebih apabila masyarakat selalu patuh protokol kesehatan dan mendapatkan vaksinasi hingga booster.

"Apabila itu kita bisa jaga, maka Indonesia mungkin akan menjadi satu negara yang pertama-tama dalam 12 bulan tidak mengalami lonjakan kasus," kata Budi.

Kemenkes juga meyakini penemuan subvarian Omicron itu tidak berkaitan dengan peningkatan kasus positif yang terjadi beberapa hari terakhir.

Budi mengatakan pihaknya akan melakukan survei pada Juni dan Juli untuk mengukur daya imunitas masyarakat yang akan menjadi pijakan pemerintah dalam menentukan langkah baru menghadapi pandemi.

"Diharapkan minggu ketiga atau keempat Juli sudah keluar hasilnya. Sehingga sebelum 17 Agustus hari kemerdekaan kita bisa mengambil kebijakan yang lebih tepat berbasis data mengenai bagaimana penanganan pandemi ke depannya," tutur Budi.

Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia diketahui telah bertambah menjadi delapan orang. Kemenkes mencatat, 6 orang terinfeksi BA.5, sementara 2 orang lainnya terinfeksi Omicron baru BA.4, per Minggu (12/6).

Dari 8 kasus tersebut, sebanyak 3 Warga Negara Asing (WNA) dan 5 Warga Negara Indonesia (WNI).

Baca Juga: