Bank Dunia mengatakan resesi ekonomi global sudah sangat dekat. Sampai, Bank Dunia amat pesimis negara-negara di dunia dapat menghindari ancaman kemunduran roda ekonomi itu.

Presiden Bank Dunia David Malpass menyebutkan resesi ekonomi kali ini diakibatkan oleh inflasi yang melonjak tajam di sejumlah negara atau disebut juga dengan istilah stagflasi.

"Perang di Ukraina, lockdown di Tiongkok, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," papar Malpass dalam catatan terbaru yang dilansir, Rabu (8/6).

Hasil catatan Global Economic Prospect June 2022 (GEP), Bank Dunia mengatakan desakkan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tidak searah dengan pertumbuhan ekonomi.

Bank Dunia menilai penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi secara melebar yang tergambar dari pemangkasan dilakukan baik di kelompok negara maju maupun berkembang.

Prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini untuk Zona Eropa merupakan episentrum konflik geopolitik alami revisi ke bawah dari 4,2 persen menjadi 2,5 persen.

Proyeksinya, pertumbuhan Rusia diprediksi mengalami kontraksi 8,9 persen dan Ukraina kontraksi 45,1 persen.

Perkembangan ekonomi dua negara besar, yakni Amerika Serikat (AS) juga dipangkas menjadi 2,5 persen serta Tiongkok menjadi 4,3 persen pada tahun ini.

Selanjutnya, negara berkembang juga alami penurunan proyeksi ekonomi. Salah satunya, Brasil menjadi 1,5 persen, Rusia menjadi minus 8,9 persen, dan India menjadi 7,5 persen.

Selain itu, Indonesia terbilang cukup aman dari ancaman resesi ekonomi tersebut. Akibatnya, proyeksi pertumbuhan ekonominya tidak diubah oleh Bank Dunia yang pada tahun ini tetap di level 5,1 persen.

Baca Juga: