JAKARTA - Setidaknya 25 orang masih dinyatakan hilang meski Tiongkok telah meluncurkan operasi penyelamatan dan penyaluran bantuan besar-besaran setelah gempa kuat mengguncang wilayah barat daya negara itu pekan lalu.

Data terbaru yang dibagikan harian Global Times dan dikutip Anadolu, Senin (12/9), mengatakan jumlah korban tewas bertambah menjadi 93 jiwa sementara 25 lainnya masih hilang di provinsi Sichuan.

Sebagian besar kematian, 55 orang, dilaporkan di wilayah Otonomi Tibet Garze, sementara 38 lainnya dilaporkan di kota Ya'an di mana upacara peringatan untuk menghormati para korban gempa diadakan pada hari Senin.

Menurut Pusat Jaringan Gempa Tiongkok, gempa tersebut melanda daerah Luding di wilayah otonomi Garze Tibet pada kedalaman 16 kilometer pada 5 September.

Lebih dari 10.000 personel dikerahkan untuk mengangkut korban luka ke fasilitas kesehatan.

Wilayah perbukitan, curah hujan, jalan rusak, dan komunikasi yang terputus membuat misi penyelamatan menjadi lebih sulit, dan otoritas Tiongkok mengerahkan satelit, drone, dan helikopter untuk membantu menyelamatkan para korban gempa.

Ribuan orang telah mengungsi dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Wilayah Shimian di wilayah Ya'an dan wilayah otonomi Tibet Garze adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya.

Ini adalah gempa paling mematikan sejak gempa 2008, ketika ribuan orang tewas. Provinsi yang sama dilanda gempa kuat lainnya pada tahun 2017, menewaskan 25 orang.

Gempa tersebut merusak rumah, situs bersejarah, jalan, fasilitas air, dan pembangkit listrik tenaga air, mempengaruhi pasokan listrik dan telekomunikasi.

Baca Juga: