Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan gempa bumi di Sumedang disebabkan sesar atau patahan aktif baru yang belum terpetakan sebelumnya. Hal tersebut setelah memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik, dan analisis mekanisme sumber gempa bumi.
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan gempa bumi di Sumedang disebabkan sesar atau patahan aktif baru yang belum terpetakan sebelumnya. Hal tersebut setelah memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik, dan analisis mekanisme sumber gempa bumi.
"Akhirnya dari data-data itu pada 4 Januari yang lalu dapat teridentifikasi sesar aktif tersebut," ujar Dwikorita, dalam konferensi pers secara daring, Senin (8/1).
Dia menjelaskan, BMKG menentukan nama Sesar Sumedang mengingat patahan tersebut melewati Kabupaten Sumedang. Menurutnya, wilayah kabupaten sumedang memang wilayah rawan gempa dengan sumber gempa berasal dari zona tumbukan lempeng indo australia dan lempeng eurasia di samudera hindia, serta dari beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan sebelumnya.
"Aktivitas gempa di jawa barat banyak diakibatkan oleh aktivitas pergerakan lempeng di zona subduksi dan patahan/sesar aktif di daratan," jelasnya.
Sebagai informasi, pada penghujung akhir tahun 2023 lalu gempa bumi berkekuatan 4,1 SR mengguncang Kecamatan Tanjungmedar dan Kecamatan Sumedang Utara, tepatnya pada Minggu, 31 Desember 2023.
Gempa susulan juga terjadi beberapa jam kemudian dengan kekuatan mencapai 4,8 SR. Terdeteksi dua kecamatan di Kabupaten Bandung juga turut terdampak, yakni Kecamatan Arjasari dan Kecamatan Cicalengka.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan setiap sumber gempa memiliki energi yang terakumulasi sendiri-sendiri. Menurutnya, tidak mudah sebuah gempa untuk memicu gempa lainnya. ruf/S-2