Potensi megatsunami di wilayah Alaska seperti dilaporkan para peneliti bukan omong kosong. Berdasarkan catatan, megatsunami yang dipicu longsor di teluk dan fjord pernah terjadi di Teluk Lituya, Alaska pada 9 Juli 1958.

Tinggi megatsunami tersebut mencapai sekitar 100 kaki atau 30,48 meter yang dipicu gempa dengan magnitudo 7,8 Mw yang menyebabkan jatuhnya 90 juta batuan ton ke Teluk Lituya (Lituya Bay). Balok-balok es dan bebatuan jatuh hampir vertikal karena kemiringan lereng cukup terjal.

Material ini menghantam air dengan kekuatan besar untuk menciptakan gelombang yang melonjak ke berbagai arah. Pemandangan ini disaksikan nelayan Howard Ulrich dan putranya Howard Jr yang berhasil selamat dari bencana.

Mekanisme terjadinya megatsunami di Teluk Lituya dipresentasikan di Tsunami Society pada tahun 1999. Model ini dikembangkan dan dimodifikasi secara signifikan oleh studi kedua pada tahun 2010. Disimpulkan, megatsunami itu disebabkan oleh dampak impulsif yang menyebabkan 40 juta meter kubik bebatuan jatuh secara bersama karena gempa bumi.

"Longsor Teluk Lituya di Alaska tahun 1958 menyebabkan megatsunami," jelas ahli geofisika dari Universitas Negeri Ohio, Chunli Dai, seperti dikutip Science Alert.

Batu yang jatuh juga menyebabkan udara "terseret" karena efek viskositas, yang menambah volume perpindahan. Selanjutnya berdampak pada sedimen di dasar teluk, menciptakan kawah besar. Ini menciptakan gelombang raksasa setinggi 1.720 kaki (524 m).

Peristiwa kegagalan lereng yang jauh lebih baru terjadi pada 2015 di Taan Fiord, di Alaska sebelah timur. Peristiwa itu menghasilkan tsunami setinggi 633 kaki atau 193 meter. Para peneliti menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya longsor.

Karena berada di wilayah yang sepi, jauh dari permukiman penduduk, maka megatsunami tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Kerusahakan yang terjadi berupa bebatuan yang berserakan di pantai yang biasanya berguna dalam pendaratan pesawat kecil.

Selama ini, Alaska dikenal rentan terhadap kejadian seperti itu. Tanah longsor yang menyebabkan tsunami besar paling sering terjadi di lanskap dengan gletser yang menyusut. Tercatat 10 dari 14 tsunami tertinggi di dunia terjadi di pegunungan glasial dan empat terjadi di taman nasional Alaska.

Meskipun tanah longsor seperti ini bisa terjadi kapan saja, kejadian tersebut menjadi lebih sering didorong mundurnya glasial akibat perubahan iklim dan pencairan permafrost. Tsunami Taan Fiord dapat membantu kita memahami bahaya tsunami longsor subaerial dan mempersiapkan potensi dampak. hay/G-1

Baca Juga: