BEIJING - Sebagian besar wilayah Tiongkok timur dilanda gelombang panas yang menyengat pada Sabtu (3/8), dengan suhu di beberapa daerah mencapai rekor tertinggi, kata otoritas cuaca.

Tiongkok sedang mengalami musim panas dengan cuaca ekstrem, dengan panas yang tidak sesuai musim menyengat di wilayah utara dan timur sementara hujan deras memicu banjir dan tanah longsor di wilayah tengah dan selatan.

Negara ini merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang menurut para ilmuwan menyebabkan pemanasan global dan membuat cuaca ekstrem lebih sering terjadi dan lebih intens.

Suhu naik hingga 41,9 derajat Celsius di kota Hangzhou bagian timur sekitar pukul 2.30 siang pada hari Sabtu, (3/8) menurut laporan di portal berita daring kantor cuaca.

Angka tersebut "memecahkan rekor suhu udara tertinggi (di kota itu) dalam sejarah pengamatan", kata laporan itu. Rekor sebelumnya adalah 41,8 derajat Celsius pada Agustus 2022.

Hangzhou, ibu kota provinsi Zhejiang yang kaya, merupakan rumah bagi 12,5 juta orang dan dikenal sebagai pusat teknologi utama.

Pengguna media sosial mengomentari panas yang menyengat, salah satu di antaranya berkomentar: "Saya merasa seperti mau meleleh."

"Siapa yang masih menganggap Hangzhou sebagai tempat yang menarik untuk ditinggali?" canda yang lain di platform Weibo yang populer.

Ke-10 kota terpanas di Tiongkok pada Sabtu sore berlokasi di Zhejiang, dengan kota Zhuji mencatat suhu tertinggi harian sebesar 42,3 derajat Celsius, kata badan cuaca.

Suhu tinggi diperkirakan akan terus berlanjut di wilayah tersebut selama minggu depan, dan Hangzhou diperkirakan akan "terus memperbarui" catatan panasnya.

Peringatan cuaca untuk cuaca panas ekstrem tetap berlaku di banyak kota di wilayah timur pada hari Sabtu, dan pihak berwenang menghimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan dan waspada terhadap sengatan panas.

Di Shanghai, kota besar berpenduduk sekitar 25 juta orang, suhu udara mencapai di atas 40 derajat Celsius pada sore hari, mendekati rekor 40,9 derajat Celsius.

Tiongkok telah berjanji akan menurunkan emisi karbon dioksida yang memanaskan planet ini ke puncaknya pada tahun 2030dan menjadi nol bersih pada tahun 2060, tetapi menolak seruan untuk melakukan pengurangan yang lebih berani.

Negara ini telah lama bergantung pada tenaga batubara yang sangat berpolusi untuk mendorong perekonomiannya yang besar, tetapi telah muncul sebagai pemimpin energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir.

Perencana ekonomi utama Beijing mengatakan pada hari Jumat, pihaknya akan mengubah cara menetapkan target iklim setelah emisi karbon mencapai puncaknya, dengan mengadopsi pengurangan emisi berdasarkan volume alih-alih membuatnya relatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: