Ancaman Presiden AS, Donald Trumpt untuk menghalangi para migran memasuki wilayah AS tak menyurutkan langkah menuju 'dunia baru'

MEXICO CITY - Gelombang migran asal Amerika Tengah terbesar yang berjalan melalui Meksiko menuju perbatasan Amerika Serikat (AS), diwartakan Wall Street Journal telah dipecah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil migran. Informasi ini disampaikan oleh pemerintah setempat pada Senin (12/11).

Selama akhir pekan, kelompok besar yang telah tinggal di Mexico City sebagian besar pada pekan sebelumnya telah turun ke jalan lagi menuju perbatasan AS. Tapi gelombang itu pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil karena beberapa kelompok berhasil naik bus, sementara yang lain menumpang dan yang lain berjalan.

Sudah sebulan gelombang migran itu berjalan menuju perbatasan AS.

"Setelah berjalan dengan sangat melelahkan di sepanjang barat daya Meksiko, dengan rata-rata jarak tempuh sekitar 30 mil sehari, para migran sekarang berusaha bergerak lebih cepat dengan menumpang untuk menuju Tijuana, melintasi perbatasan dari San Diego, California," kata pemerintah Mexico City.

"Orang-orang ini bergerak maju dengan langkah yang berbeda, beberapa lebih tidak sabar daripada yang lain. Tetapi rencananya adalah untuk berkumpul kembali di Tijuana," kata Santiago Guevara, seorang migran Honduras yang sekarang berada di Guadalajara, kota terbesar kedua di Meksiko.

Guevara memiliki kerabat di Atlanta, dan seperti harapan sebagian besar migran, mereka ingin mengajukan suaka di AS.

Satu kelompok kecil yang terdiri dari hampir seratus migran dilaporkan telah tiba di Tijuana dengan bus pada Minggu (11/11). Dua kelompok sekitar 800 orang secara total bergerak maju melintasi Negara Bagian Sinaloa dan Nayarit, sementara sekitar 1.000 migran tiba di Guadalajara, di Negara Bagian Jalisco barat sekitar 1.400 mil di selatan Tijuana.

Kelompok yang lebih besar dari sekitar 3.500 orang juga menuju ke Guadalajara.

Kemungkinan pada pekan ini atau awal pekan depan, akan sebagian besar gelombang migran ini akan tiba di Tijuana.

"Dalam beberapa pekan mendatang, mereka bisa bergabung dengan dua gelombang lainnya. Satu kelompok dengan sekitar 1.500 migran tiba di Kota Puebla, sekitar 95 mil selatan Ibu Kota Meksiko, sementara yang ketiga dengan sekitar 1.000 orang dari El Salvador kini berada di Negara Bagian Veracruz," kata Irineo Mujica, ketua People Without Frontiers, LSM nirlaba yang memberikan dukungan kepada berbagai kelompok migran yang melintasi Meksiko.

Melombang migran ini telah memicu krisis migrasi regional. Pihak berwenang Meksiko semakin kewalahan dengan tantangan logistik dan sanitasi yang besar terkait dengan kedatangan sejumlah besar migran.

Diadang Trump

Presiden AS, Donald Trump, telah memberi label gelombang migran ini sebagai invasi dan telah memerintahkan pengerahan setidaknya 5.000 tentara ke perbatasan AS.

Jika semua kelompok melakukan perjalanan ke Tijuana, kedatangan hampir 8.000 migran dalam beberapa pekan mendatang akan membanjiri sebuah kota di mana hampir 30 tempat penampungan migran sudah dalam kapasitas penuh, menurut para aktivis.

Sebagian besar migran mengatakan mereka ingin mencari suaka di AS. Namun peluang mereka lebih rendah dari sebelumnya, kata para pengacara hak asasi manusia dan migrasi.

Pekan lalu, Presiden Trump menandatangani sebuah perintah eksekutif untuk menolak suaka bagi para imigran yang tertangkap menyeberangi perbatasan secara ilegal.

Menempuh jalur hukum masuk ke AS juga sulit terlebih jembatan perbatasan di Tijuana dipenuhi dengan lebih dari 2.500 migran yang ingin mengajukan suaka, kata aktivis, dan sebagian besar migran tidak diizinkan masuk. WSJ/I-1

Baca Juga: