WHO menyatakan setiap negara harus mampu mengalahkan datangnya gelombang kedua Covid-19 tanpa vaksin, karena mungkin vaksin itu belum tersedia dalam waktu dekat.

JENEWA - Ketua Program Kedaruratan pada Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Michael Ryan, pada Rabu (18/11) menyatakan bahwa datangnya gelombang kedua pandemi Covid-19 harus dikalahkan tanpa mengandalkan vaksin karena mungkin vaksin saat itu belum tersedia.

"Vaksin tidak boleh dipandang sebagai unicorn (hewan mitologi berupa kuda putih bertanduk satu yang dianggap sakti dan tanduknya memiliki kekuatan menyembuhkan penyakit, red.), dan negara-negara harus kembali berjuang melawan kebangkitan virus layaknya mendaki terjalnya gunung tanpa harus mengandalkan vaksin," ucap Ryan dalam sebuah sesi forum tanya jawab secara langsung di media sosial.

Dalam penjelasannya, Ryan mengatakan bahwa kira-kira masih dibutuhkan waktu 4 hingga 6 bulan lagi untuk melaksanakan program vaksinasi dimanapun lokasinya.

Ryan juga menerangkan bahwa walau baru-baru ini muncul pengumuman yang amat menjanjikan dari uji coba tahap final kandidat vaksin, namun faktanya vaksin itu masih belum tersedia.

"Banyak negara akan menghadapi datangnya gelombang kedua ini dan mereka harus bisa melaluinya dan menerima fakta tanpa harus mengharapkan tersedianya vaksin. Kita harus bisa memaklumi dan mencamkan serta menyadari dalam diri kita bahwa ada perjalanan terjal dihadapan yang harus kita daki," ungkap dia.

Pernyataan Ryan itu dilontarkan bersamaan dengan pengumuman dari perusahaan farmasi Pfizer yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis akhir dari eksperimennya menunjukkan bahwa vaksinnya ternyata memiliki tingkat keefektifan sebesar 95 persen.

Sebelumnya pada awal pekan ini perusahaan farmasi Moderna juga mengklaim bahwa kandidat vaksin anti-Covid-19 milik mereka memiliki tingkat keefektifan sebesar 94,5 persen. Di lain pihak, Russia juga menyatakan vaksin buatan mereka memiliki tingkat keefektifan lebih dari 90 persen.

Jangan Terlena

Dalam sesi forum tanya jawab itu pun Ryan memperingatkan agar setiap individu tidak mengendurkan kewaspadaan terhadap virus karena keyakinan yang keliru bahwa vaksin yang ada sekarang bisa menyelesaikan masalah.

"Beberapa orang berpikir vaksin akan tersedia, atau dalam benak mereka bakal jadi solusi yang harus kita perjuangkan. Ternyata pada kenyataannya tidak begitu," ungkap Ryan. "Perlu diketahui bahwa jika kita terlalu mengandalkan vaksin, maka kita tak mau mencari solusi lain. Seperti kita ketahui Covid bisa merajalela karena ada penyebab atau asal muasalnya," imbuh dia.

Berdasarkan data yang diperoleh WHO pada Rabu, setidaknya telah ada 55,6 juta kasus infeksi Covid-19 di seluruh dunia sejak wabah pandemi muncul di Tiongkok pada Desember lalu. Virus korona pun dilaporkan hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 1,3 juta orang di seluruh dunia.

Dalam sesi forum tanya jawab itu, Ryan menyuarakan keprihatinan atas banyaknya kedukaan dialami keluarga-keluarga di seluruh dunia terutama yang dialami generasi muda yang kehilangan orang tua maupun kakek nenek mereka.

Seperti kita ketahui kaum lansia merupakan kelompok yang paling rentan dalam masa pandemi ini.

Oleh karena itu, Ryan menyatakan perlunya pendampingan terhadap anak dalam menghadapi trauma yang dialami pada masa pandemi ini karena hal itu akan berdampak seumur hidup pada seorang anak. AFP/I-1

Baca Juga: