Novak Djokovic butuh waktu 4 jam 57 menit untuk menaklukkan Roger Federer di final bersejarah Grand Slam Wimbledon.

LONDON - Petenis Serbia Novak Djokovic mempertahankan gelar juara tunggal putra Grand Slam Wimbledon setelah menaklukkan pemegang delapan delapan gelar turnamen, Roger Federer, Senin (15/7) dini hari WIB, dengan skor 7-6 (7/5), 1-6, 7-6 (7/4), 4-6, 13-12 (7/3) dalam final paling lama dalam sejarah yang diakhiri dengan tie-break bersejarah.

Petenis berusia 32 tahun itu menyelamatkan dua match point ketika menyambar gelar Wimbeldon kelima sekaligus Grand Slam ke-16-nya ini yang berselisih empat gelar di bawah rekor total Federer.

Kemenangan Djokovic memperpanjang catatan kemenangannya dalam pertandingan antar-Tiga Besar (Djokovic, Federer dan Rafael Nadal) menjadi 11 kemenangan Grand Slams berturut-turut. Dengan waktu bertanding 4 jam 57 menit, maka final kali ini adalah final Wimbledon paling lama dalam sejarah (sejak 1877), atau Sembilan menit lebih lama dari final tahun 2008 antara Nadal dan Federer.

Stan Wawrinka adalah petenis terakhir di luar trio besar yang memenangkan Grand Slam, ketika menjuarai US Open 2016 setelah mengalahkan Djokovic.

Petenis terakhir yang menjuarai Grand Slam di bawah usia 30 tahun adalah Andy Murray yang menjuarai Wimbledon pada 2016 dalam usia 29 tahun.

Djokovic telah bertanding dalam beberapa pertandingan paling berkesan dan menantang dalam sejarah Era Terbuka, termasuk final Australia Open 2012 ketika ia mengalahkan Rafael Nadal dalam pertandingan final grand slam terpanjang dalam sejarah, yaitu lima jam 53 menit.

Namun, tidak ada pertandingan yang lebih banyak menyita kekuatan mental Djokovic daripada final Wimbledon melawan Federer. "Itu mungkin pertandingan yang paling berat dan paling menuntut secara mental yang pernah saya ikuti. Saya menjalani pertandingan paling berat secara fisik melawan Nadal di final Australia yang berlangsung hampir enam jam. Tetapi secara mental ini adalah tingkat yang berbeda," kata Djokovic saat diwawancari atptour.com, Senin.

"Aku jelas sangat senang untuk berada di sini sebagai pemenang. Padahal butuh satu pukulan lagi sehingga saya bisa kalah. Tapi pertandingan ini punya segalanya, bisa saja ini jadi (kemenangan) miliknya," pungkas Djokovic.

Djokovic, yang telah memenangkan empat dari lima kejuaraan besar terakhir, kini hanya selisih dua gelar grand slam dari Rafael Nadal (18) dan empat dari Federer (20).

Ia pun mengakui bahwa konstestasi mereka bertiga sebagai "Top Three" turut andil dalam dorongannya untuk terus berkembang. "Kami membuat tumbuh dan berkembang satu sama lain. Kedua orang itu mungkin salah satu alasan terbesar saya masih bersaing di tingkat ini. Fakta bahwa mereka membuat sejarah di olahraga ini ikut memotivasi saya juga, menginspirasi saya untuk mencoba melakukan apa yang telah mereka lakukan, apa yang telah mereka capai, dan bahkan mencoba melampauinya," katanya.

Di Depan Mata

Federer mengaku tidak mempercayai dirinya bisa sampai membuang cuma-cuma dua match point yang bisa memastikan dia menjuarai Wimbledon kesembilan kalinya, setelah ditaklukkan Djokovic dalam pertandingan final tunggal putra Wimbledon paling lama dalam sejarah turnamen ini.

Legenda Swiss berusia 37 tahun itu meratapi "peluang yang hilang" ketika dia dua kali nyaris menyelesaikan pertandingan dengan match point sewaktu mengambil serve pada gim ke-16 pada set penentuan sehingga harus menelan kekalahan.

Yang menakjubkan adalah ini kali kedua Federer melewati final paling panjang di Wimbledon yang sama-sama berakhir dengan kekalahan, saat menghadapi Rafael Nadal pada 2008. Federer, yang kelihatan emosional saat berdiri bersama istri dan anak-anaknya di bangku pemain setelah kekalahan itu, mengungkapkan tak bisa memastikan apakah kalah dalam set seperti itu lebih menyakitkan ketimbang kalah straight set.

"Sulit diungkapkan. Saya tak tahu jika perasaan karena kalah 2-2-2 lebih baik dibandingkan dengan kekalahan ini. Pada akhirnya itu sama sekali tidak jadi masalah," kata Federer seperti dikutip AFP.

"Anda mungkin merasakan lebih kecewa, sedih, marah besar. Saya tak tahu apa yang saya rasakan sekarang," sambung dia. "Saya cuma merasakan bahwa peluang luar biasa ini pupus, saya tak mempercayai hal ini."

Federer yang kalah pada lima pertemuan terakhirnya dengan Djokovic dalam Grand Slams, terakhir kali mengalahkan petenis Serbia itu dalam Wimbledon 2012 menyatakan, pertandingan itu lepas dari genggamanya ketika dia gagal menuntaskan dua match point. Ant/S-2

Baca Juga: