Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga berkontribusi terbesar terhadap inflasi pada Juli 2017.

Jakarta - Pelemahan konsusi domestik saat ini ditengarai akibat meningkatnya ketidakpastian dari ekonomi global, terutama bersumber dari penurunan prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bawah kendali Presiden Donald Trump. Memasuki triwulan kedua tahun ini, tingkat konsumsi masyarakat dan swasta mengindikasikan kelesuan.

Padahal, konsumsi domestik selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Masyarakat dan dunia usaha saat ini menahan konsumsi atau delayed purchase dan memilih mengendapkan dananya di perbankan atau instrumen lain di pasar keuangan. "Itulah alasan kenapa penjualan barang-barang konsumen itu turun, kuncinya terletak pada kepercayaan diri konsumen," ujar Ekonom senior dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, dalam paparan ekonomi di rangkaian Wealth Wisdom Bank Permata 2017, di Jakarta, Rabu (2/8).

Indikator perekonomian AS, kata Toni, yang menjadi pemicu meningkatnya ketidakpastian saat ini. Saat Donald Trump baru saja dilantik jadi Presiden AS pada Januari 2017, ketidakpastian ekonomi global sebenarnya mereda, yang ditunjukkan dari kenaikan nilai saham sebesar 3,8 persen, seperti yang terjadi di bursa saham di New York, AS.

Namun, data penyerapan tenaga kerja di AS, ditambah dinamika politik yang semakin mempersulit gerak Trump saat ini, membuat pelaku pasar semakin ragu terhadap perbaikan ekonomi AS. Misalnya, indikator penyerapan tenaga kerja (non-farm payroll) di AS pada Maret 2017 kembali turun menjadi 50 ribu, setelah pada Januari 2017 naik menjadi 216 ribu dari Desember 2016 yang sebesar 155 ribu.

Tony mengatakan meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada triwulan II 2017 saat ini juga menjadi bukti banyaknya masyarakat dan dunia usaha yang menahan konsumsi dan lebih memilih menampung dananya di perbankan.

Batasi Belanja

Sebelumnya, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengungkapkan peningkatan DPK ini terjadi pada simpanan jangka panjang (deposito) dan giro, sebaliknya DPK dalam bentuk tabungan jangka pendek melambat.

"Mereka yang menyimpan uang di bank cenderung untuk semakin membatasi belanjanya dalam waktu dekat," jelas Faisal, beberapa waktu lalu.

Faisal menambahkan pelemahan konsumsi dalam terlihat dari aktivitas di sektor produsen. Pabrik-pabrik pengolahan menahan produksi. Pelambatan produksi terjadi di banyak industri, mulai dari industri pakaian, peralatan listrik, sepeda motor, farmasi, hingga makanan dan minuman.

"Ini mengindikasikan bukan hanya cara membelinya bergeser tetapi permintaan melemah sehingga produksi terpaksa ditahan, bahkan dikurangi," katanya.

ahm/Ant/E-10

Baca Juga: