Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengungkapkan, negaranya tengah membangun aliansi pertahanan udara regional yang dibekingi Amerika Serikat (AS). Ini bertujuan untuk mengantisipasi ancaman Iran yang merupakan musuh bersama bagi Israel dan mayoritas negara Arab, terutama Arab Saudi.

Demi mewujudkan hal tersebut, Israel juga mendekati beberapa negara Arab untuk membangun aliansi tersebut, mengingat ancaman dari Iran semakin meningkat. Aliansi ini dikenal dengan "Aliansi Pertahanan Udara Timur Tengah".

"Selama setahun terakhir saya telah memimpin program ekstensif, bersama dengan mitra saya di Pentagon dan di pemerintahan AS, yang akan memperkuat kerja sama antara Israel dan negara-negara di kawasan itu," kata Gantz dalam rapat parlemen, dikutip dari Reuters, Selasa (21/6).

"Program ini sudah berjalan dan telah berhasil menggagalkan upaya Iran untuk menyerang Israel dan negara-negara lain," tambahnya.

Gantz tak menyebutkan negara Timur Tengah mana saja yang bergabung dalam aliansi itu. Ia juga tak memberikan rincian tentang serangan Iran seperti apa yang diklaimnya sudah digagalkan oleh aliansi tersebut.

Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Yerusalem sejauh ini tidak memberikan tanggapan terkait pembentukan aliansi tersebut. Sedangkan, pejabat Isrel kepada Reuters, mengatakan negara-negara Timur Tengah yang bergabung dalam aliansi itu menyinkronkan sistem pertahanan udara masing-masing melalui komunikasi elektronik jarak jauh, bukan menggunakan fasilitas fisik yang sama.

Biden mengunjungi wilayah tersebut 13-16 Juli dengan singgah di Israel dan Arab Saudi, di mana ia akan bertemu dengan para pemimpin Arab.

"Saya berharap kami akan mengambil langkah maju dalam aspek ini (kerjasama regional) selama kunjungan penting Presiden Biden," ujar Gantz.

Iran turut memberikan komentar terkait pembentukan aliansi tersebut dengan menyebut kegiatan militer bersama Israel dan beberapa negara Arab merupakan bentuk putus asa.

Sebelumnya, negara Arab tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Namun, beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab, Sudan, Maroko hingga Bahrain memutuskan untuk berhubungan kembali mereka dengan Israel.

Baca Juga: