Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres buka suara terhadap krisis yang terjadi di Sri Lanka. Ia mengatakan sangat prihatin dengan situasi di Sri Lanka.

"Apa yang bisa saya sampaikan adalah bahwa sekjen sangat prihatin dengan eskalasi kekerasan di Sri Lanka. Dia mengutuk semua kekerasan dan menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri," kata wakil juru bicara Guterres, Farhan Haq, seperti diberitakan Xinhua, dikutip dari Antara, Kamis (12/5).

Haq menjelaskan, Guterres terus mendorong seluruh pemangku kepentingan Sri Lanka untuk menemukan solusi atas berbagai masalah yang terjadi saat ini melalui dialog.

Unjuk rasa yang diwarnai kekerasan di Sri Lanka menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa pada Senin (9/5). Jam malam nasional pun kemudian diberlakukan.

Kementerian Pertahanan Sri Lanka pada Selasa (10/5) memerintahkan angkatan bersenjata untuk menembaki siapa pun yang menjarah properti publik atau mengakibatkan kerugian bagi orang lain.

"Pasukan keamanan telah diperintahkan untuk menembak di tempat siapa pun yang menjarah properti publik atau menyebabkan korban jiwa," kata kementerian pertahanan, dikutip dari Aljazeera.

Sebagai informasi, Sri Lanka jatuh ke dalam krisis ekonomi selama berpekan-pekan yang bermula dari kekurangan devisa, yang kemudian menyebabkan kekurangan sejumlah pasokan penting, seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Baca Juga: