Prancis bagian selatan kembali dilanda cuaca buruk seperti hujan lebat, badai petir, dan banjir.

Beredar video di media sosial menunjukkan bagaimana hujan deras terjadi di kota Nimes dan membuat banjir jalan-jalan Calvisson. Hujan badai tersebut dikatakan turun lebih dari satu jam Gard.

Sky News melaporkan setidaknya 23 orang dievakuasi dan sejumlah helikopter disiagakan di kota terdekat. Hujan lebat tersebut juga menyebabkan beberapa jalan-jalan mengalami gangguan.

Sementara banyak jalan dan jembatan terputus, jalan raya A9, rute utama yang menghubungkan lembah Rhone, wilayah Marseille dan Italia ke Spanyol, ditutup selama beberapa jam.

Pada Rabu pagi, beberapa jalan sekunder tetap ditutup untuk lalu lintas di daerah yang terkena dampak, barat daya Nimes. 800 petugas pemadam kebakaran yang dikerahkan di lapangan melanjutkan operasi non-darurat.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin melaporkan kepada BFM TV, dikutip Reuters, Rabu (15/9/2021), mengatakan satu orang dilaporkan hilang akibat hujan lebat yang terjadi dan setidaknya sekitar 60 desa terkena dampak sebagian.

Juru bicara pemerintah Gabriel Attal mengumumkan pada hari Rabu bahwa keadaan darurat untuk bencana alam akan diumumkan minggu depan di departemen Gard di tenggara Prancis setelah badai hebat menyebabkan kerusakan besar.

Gelombang badai yang melanda sebagian besar Prancis selatan pada hari Selasa sangat aktif di Gard, di mana ia mempengaruhi sekitar enam puluh desa atau kota.

Departemen itu ditempatkan di bawah siaga merah oleh biro cuaca (Météo-France) antara pukul 11.30 dan 14.00, khususnya di sekitar Nimes, dimana sebagian atap pusat perbelanjaan runtuh.

Sementara prefek wilayah mengatakan situasi sudah mulai membaik sejak tengah hari tetapi akan memburuk lagi pada malam hari. Ia juga menambahkan sekolah-sekolah di daerah itu akan ditutup sementara.

Peristiwa ini mengingatkan dunia bahwa ancaman perubahan iklim (climate change) di Eropa semakin nyata. Dalam studi terbaru di Eropa, perubahan iklim bisa membuat hujan dan banjir mematikan terjadi sembilan kali lebih sering di benua biru.

Pada Juli lalu, Jerman dan Belgia dilanda banjir besar membuat 190 orang tewas dalam banjir di Jerman Barat dan 38 orang tewas di wilayah Wallonia selatan Belgia.

Penelitian mengaitkan kejadian ini. Hal serupa dengan korban jiwa makin banyak bisa lebih sering terjadi.

Pada Agustus lalu sebuah laporan studi yang diterbitkan dengan mengaitkan dengan ilmu atribusi. Para ahli iklim menghubungkan perubahan iklim yang "dibuat manusia" dengan peristiwa cuaca ekstrem tertentu.

Para ilmuwan untuk menghitung peran perubahan iklim pada curah hujan yang menyebabkan banjir dan menganalisis catatan cuaca dan simulasi komputer untuk membandingkan iklim hari ini dengan iklim masa lalu.

Mereka berfokus pada tingkat curah hujan satu dan dua hari dan menemukan saat ini suhu 1,2 derajat Celcius lebih hangat karena emisi buatan manusia.

Ilmuwan mengatakan bahwa dua daerah yang terkena dampak paling parah mengalami curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menghitung bahwa banjir antara 1,2 dan sembilan kali lebih mungkin terjadi di iklim hangat.

Ini jika dibandingkan dengan skenario di mana tidak ada pemanasan sejak era pra-industri.

Sehingga menurut penelitian yang diselenggarakan oleh World Weather Attribution ini, hujan di Jerman dan wilayah Benelux antara 3-19% lebih berat. Ini akibat pemanasan global yang disebabkan manusia.

Dengan menganalisis pola curah hujan lokal di seluruh Eropa Barat tersebut, penulis studi memperkirakan kemungkinan peristiwa serupa dengan banjir bulan lalu akan terjadi lagi. Ini bisa terjadi di daerah seluruh Eropa Barat dalam jangka waktu tertentu.

Baca Juga: