Kasus Covid-19 di Afrika Selatan melonjak 255 persen atau hampir 3 kali lipat dalam tujuh hari terakhir akibat varian Omicron. Namun, gejalanya dapat dipantau lebih ringan daripada gelombang sebelumnya.

Keterangan dari penyedia layanan kesehatan swasta Afrika Selatan, peningkatan infeksi baru-baru ini tidak memengaruhi perawatan intensif di rumag sakit. Omicron diyakini berbeda dengan varian Delta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan Afrika saat ini menyumbang 46 persen dari kasus Omicron yang dilaporkan secara global. Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, menjelaskan meski ada kekhawatiran global atas Omicron, masih belum jelas apakah lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Dirinya juga mengkritik negara-negara Barat karena memberlakukan larangan perjalanan di negara itu dari negara asalnya. Penyedia layanan kesehatan swasta terbesar di Afrika Selatan, Netcare, menyebutkan data dari fasilitasnya menunjukkan gejala Covid-19 yang tidak terlalu parah pada gelombang keempat saat ini daripada gelombang sebelumnya.

"Setelah secara pribadi melihat banyak pasien kami di Rumah Sakit Gauteng, gejala mereka jauh lebih ringan dari yang kami alami selama tiga gelombang pertama," ujar Richard Friedland dari Netcare kepada Daily Maverick seperti dilansir The Guardian.

Hampir 90 persen pasien Covid-19 yang saat ini dirawat di rumah sakit tidak memerlukan bantuan oksigen dan dianggap sebagai kasus insidental.

Memantau tren ini berlanjut, akan terlihat bahwa dengan beberapa pengecualian dari mereka yang membutuhkan perawatan tersier, gelombang keempat dapat ditangani secara memadai di tingkat perawatan primer.

Selama dua minggu terakhir pengamatan utama dilakukan dan menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien di bangsal Covid-19 belum tergantung oksigen. Sars-CoV-2 telah menjadi temuan insidental pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena alasan medis, bedah, atau kebidanan lainnya.

"Sebuah snapshot dari 42 pasien di bangsal pada 2 Desember mengungkapkan bahwa 29 (70 persen) tidak bergantung pada oksigen. Temuan awal yang signifikan dalam analisis ini adalah rata-rata lama rawat inap yang jauh lebih pendek yaitu 2,8 hari untuk pasien yang dirawat di bangsal Covid-19 selama dua minggu terakhir, dibandingkan dengan rata-rata lama rawat inap 8,5 hari selama 18 bulan terakhir," kata sebuah laporan.

Baca Juga: