Pemerintah Tiongkok meminta Amerika Serikat (AS) untuk membuktikan ucapannya termasuk dengan tidak melakukan konfrontasi atau konflik, dan perang dingin.

"Dengan berulang kali menyebarkan disinformasi dan melukiskan gambaran buruk mengenai Tiongkok, AS justru mengungkapkan niat buruknya untuk menabur perselisihan sekaligus sifat sebenarnya dari praktik hegemonik dan pelaksanaan politik kekuasaannya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin, dikutip dari Antara, Selasa (14/6).

Wang juga meminta AS tidak memecah negara NATO di Asia atau kawasan itu menjadi blok yang bermusuhan. Tiongkok mendesak AS segera menghentikan hal yang dapat memecah kawasan.

Ia menambahkan, ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan tidak datang dari tempat lain, melainkan akibat aksi pembangkangan yang dilakukan para separatis kekuatan "kemerdekaan Taiwan" dan dukungan diam-diam, serta sokongan AS untuk kegiatan tersebut.

"AS berusaha mengaburkan dan merongrong prinsip Satu Tiongkok dan terus mundur dari komitmennya. AS melonggarkan pembatasan pada interaksi resmi antara AS dan Taiwan, serta meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. AS juga membantu Taiwan memperluas apa yang disebut ruang internasional dan bahkan bertindak secara terbuka untuk mendukung Taiwan dalam 'memperkuat' apa yang disebut 'hubungan diplomatik'," ujar Wang.

Wang juga mempertanyakan tujuan AS terkahit hal-hal tersebut.

"Apa yang mungkin menjadi tujuan lain AS atas tindakan-tindakan itu jika bukan mengirimkan sinyal yang keliru kepada kekuatan 'kemerdekaan Taiwan' serta merusak perdamaian dan stabilitas lintas-Selat?" ucapnya.

Mengingat AS menjadi faktor terbesar yang memicu militerisasi di Asia-Pasifik, Wang mengatakan AS telah mengerahkan pesawat militer dan kapal perang di Laut Tiongkok Selatan secara berkala.

Selain itu, pesawat pengintai Paman Sam secara elektronik menyamar sebagai pesawat sipil negara lain di kawasan tersebut berkali-kali.

Mengutip statistik dari berbagai institusi dengan pengetahuan profesional, Wang mengatakan jumlah misi pengintaian militer jarak dekat AS terhadap Tiongkok meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu, seraya menambahkan bahwa sejak awal tahun ini, kapal angkatan laut AS melakukan transit di Selat Taiwan rata-rata satu kali dalam sebulan.

Selain itu, pesawat militer AS terlibat dalam pengintaian jarak dekat dengan cakupan yang luas, sering, dan provokatif untuk menghalangi dan menekan Tiongkok.

"Tampaknya, istilah 'militerisasi' dan 'membahayakan kebebasan navigasi' lebih akurat bila digunakan untuk menggambarkan perilaku AS," tutur Wang.

"Masyarakat internasional tidak akan tertipu oleh pernyataan AS yang memfitnah Tiongkok. Apa yang dikatakan AS hanya akan merusak kredibilitasnya sendiri," tambahnya.

Baca Juga: