Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal menyebut situasi di Mariupol merupakan "bencana kemanusiaan terbesar" abad ini. Ini setelah invasi yang dilancarkan Rusia sejak 24 Februari lalu.

Shmyhal mengatakan, ribuan orang tewas di Mariupol akibat serangan kekerasan dari pasukan Rusia. Ini disampaikan dalam konferensi pers di Washington, Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu.

"Situasi di Mariupol sangat buruk. Ini adalah bencana kemanusiaan terbesar selama ini dan mungkin selama beberapa abad terakhir, karena ribuan orang telah meninggal di Mariupol," kata Shmyhal dikutip dari New York Post, Senin (25/4).

"Kita akan melihat kekejaman yang mengerikan ketika akan dibebaskan dari Rusia," tambahnya.

Shmyhal menambahkan, pasukan Rusia benar-benar menghancurkan segalanya, termasuk tempat penampungan di mana warga sipil tinggal. Ia juga memperkirakan 100.000 orang masih terjebak di Mariupol sejak dikepung oleh pasukan Rusia pada 1 Maret.

Sementara itu, pejabat setempat mengklaim bahwa lebih dari 20.000 orang di kota itu telah tewas akibat penembakan dan serangan yang terjadi.

"Ini adalah perang tentara Rusia melawan warga sipil Ukraina kami, melawan Ukraina," ujar Shmyhal.

"Kami ingin menyelesaikan perang ini. Ini adalah posisi kami. Kami berjuang untuk kebebasan kami, untuk demokrasi dan untuk wilayah kami," lanjutnya.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim kemenangan Rusia di Mariupol Ukraina pada Kamis (21/4). Menurutnya, kota pelabuhan tersebut telah dibebaskan dari Ukraina, meski tentara Ukraina dan warga sipil masih bertahan dalam pabrik baja raksasa di sana.

Pernyataan Putin tersebut disiarkan televisi di Kremlin. Bahkan, ia turut mengucapkan selamat kepada Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan pasukan Rusia.

"(Mereka) berhasil menyelesaikan upaya pertempuran untuk membebaskan Mariupol," kata Putin, dikutip dari Reuters, Jumat (22/4).

Meski begitu, Putin menekankan untuk tetap melakukan pengepungan di pabrik baja terbesar di Mariupol yakni Azovstal. Ia bahkan meminta pasukannya tetap memblokade wilayah tersebut.

"Blokir kawasan industri ini sehingga lalat pun tidak bisa masuk," ucapnya.

Baca Juga: