Konflik antara Rusia dan Ukraina masih belum menemukan titik terang sejak invasi yang dilancarkan Moskow pada 24 Februari lalu. Berbagai serangan digencarkan Rusia terhadap Ukraina.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl menjadi salah satu target serangan oleh pasukan Rusia dan mengambil material nuklir dari laboratorium dekat pembangkit itu. Adapun beberapa dari material tersebut yang mampu digunakan untuk membuat bom berukuran kecil yang dikhawatirkan disalahgunakan untuk melakukan aksi teror.

Kejadian pencurian material nuklir atau material radioaktif terjadi selama kekacauan akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Direktur Institute for Safety Problems of Nuclear Power Plants (ISPNPP) Anatolii Nosovskyi mengatakan para pencuri mengambil sisa-sisa limbah radioaktif. Secara teori, material tersebut bisa digunakan untuk membuat bom, melalui penggabungan bahan radioaktif dengan bahan peledak konvensional.

Catatan tentang pencurian material nuklir pertama kali dilaporkan Science pada Jumat (25/3).

Setelah itu, seorang ilmuwan yang bekerja untuk Institut Masalah Keamanan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina (ISPNPP) secara anonim mengkonfirmasi kejadian itu ke New Scientist. Ilmuwan tersebut menuturkan, bahan radioaktif kemungkinan dicuri dari laboratorium pemantauan radiasi di Kota Chernobyl yang sebagian besar sudah ditinggalkan.

Para pencuri dilaporkan mengambil sampel isotop radioaktif yang umumnya digunakan untuk kalibrasi instrumen. Mereka juga mengambil sampel limbah radioaktif dari bencana nuklir 1986.

Berdasarkan laporan Science, komunikasi dengan sejumlah laboratorium yang menampung sumber radiasi gamma dan neutron kuat telah terputus selama invasi Rusia ke Ukraina. Sehingga, hal tersebut membuat adanya potensi material di tempat itu juga dicuri.

Meski begitu, Bruno Merk dari Universitas Liverpool, Inggris, menjelaskan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran atas pencurian material tersebut. Ini dikarenakan material tersebut tidak cocok dijadikan bom atau senjata nuklir.

Merk menjelaskan, bom nuklir akan membutuhkan plutonium atau uranium. Sedangkan, pada material yang dicuri tidak terdapat kandungan tersebut.

Material yang berada di laboratorium dan kantor sekitar Chernobyl, kata Merk, tidak lebih berbahaya dibandingkan material yang digunakan di peralatan medis.

"Ada begitu banyak sumber radioaktif di seluruh dunia. Jika seseorang ingin mendapatkan ini, ada cara yang lebih mudah. Sumber radioaktif ini bisa Anda curi di setiap rumah sakit. Akan selalu ada kemungkinan bagi seseorang untuk menyelinap masuk dan mencuri sesuatu. Saya tidak melihat risikonya lebih tinggi daripada sebelum Rusia menyerbu," kata Merk.

Sebagai informasi, Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Meski belum menyatakan perdamaian, perundingan antar kedua negara mulai menunjukkan perkembangan ke arah yang positif saat di Istanbul, Turki pada awal pekan lalu.

Baca Juga: