Menteri Keuangan (Menkeu) Arab Saudi, Mohammed Al Jadaan, mengumumkan bahwa negaranya khawatir perang Rusia dan Ukraina akan memicu krisis pangan.
"Saya pikir ini adalah masalah yang sangat serius. Krisis pangan itu nyata. Saya pikir itu masih diremehkan oleh komunitas dunia," kata Al Jadaan, seperti dikutip dari CNBC International.
Hal itu disampaikan langsung di sela-sela gelaran World Economic Forum (WEF), pada Rabu (25/5). Menurut Al Jadaan ketakutan itu berasal dari kedudukan Rusia dan Ukraina yang merupakan eksportir pangan yang cukup signifikan, terutama bagi wilayah Timur Tengah dan Afrika.
"Wilayah Timur Tengah dan Afrika sangat, sangat, sangat rentan. Ini mengimpor banyak makanan, mewakili 26 persen dari populasi di dunia," ujarnya.
Menurut CNBC International, penutupan jalur vital Pelabuhan Odessa yang terdampak perang mencekik perdagangan Kyiv. Pasalnya sebelum perang, Ukraina mengekspor lebih dari 95 persen gandum, gandum, dan jagung melalui Laut Hitam.
Fatalnya, setengah dari angka itu dikirim ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Lebanon misalnya, negara yang sudah bertahun-tahun mengalami krisis utang dan inflasi itu diketahui mengimpor 60 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina. Begitu juga Mesir yang dilaporkan mengimpor 80 persen gandumnya juga dari kedua negara tersebut.
Alhasil, beberapa negara berpendapatan menengah ke bawah telah melaporkan terjadinya inflasi tinggi akibat krisis pangan. Bank Dunia sendiri dalam laporannya yang diterbitkan pada April, menuturkan kenaikan harga pangan global baru-baru ini menjadi rekor sejak 2008. Biaya pangan berbagai negara diprediksi akan meningkat sebesar 22,9 persen pada tahun ini akibat kenaikan harga gandum yang meroket sebesar 40 persen.
"Jadi kita harus sangat berhati-hati dengan apa yang terjadi di wilayah tersebut," tambah Al Jadaan.
Arab Saudi sendiri seperti yang dilaporkan CNBC Internasional, menjanjikan 15 miliar dolar AS sebagai bantuan ekonomi kepada Mesir pada akhir Maret. Dana itu disalurkan untuk menolong negara berpenduduk terpadat di Timur Tengah yang tengah terpukul oleh rekor kenaikan harga biji-bijian akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Kelaparan sudah meningkat sebelum Covid-19 di kawasan Arab akibat perubahan iklim dan konflik. Sebelumnya, laporan yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan setidaknya 132 juta orang telah mengalami kelaparan kronis sejak awal pandemi. Jumlah pasokan pangan juga dilaporkan menurun drastis karena banyak sektor pertanian dan produsen pangan skala kecil tidak beroperasi.