Bidang kesehatan di Ukraina sedang mengalami fase kritis usai invasi Rusia. Organisasi bantuan kemanusiaan, Project HOPE, mencatat bahwa terdapat apotek di seluruh kota Ukraina yang diserang telah kehabisan pasokan medis.

Sehingga, pakar kesehatan masyarakat, menyebutkan bahwa Pemerintah Ukraina harus menghentikan perang sebagai upaya mendorong dalam menyelesaikan masalah penyakit seperti polio di tengah pandemi Covid-19.

Sejak Selasa (1/3), WHO menyebutkan bahwa beberapa fasilitas kesehatan telah tidak memiliki oksigen yang tersisa. Kemudian kekhawatiran akan krisis kesehatan masyarakat terus meningkat ketika masyarakat setempat meninggalkan rumah mereka.

Lalu untuk layanan kesehatan terganggu dan pasokan gagal mencapai Ukraina, yang kondisinya saat ini juga dilanda pandemi Covid-19.

Melansir dari Reuters, Rabu (2/3), ahli anestesi di Kyiv, Sergii Dubrov mengatakan bahwa kondisi rumah sakit saat ini sangat penuh dan banyak tenaga kesehatan yang bekerja full 24 jam.

"Sebagian besar rekan saya telah tidur di rumah sakit dan bekerja hampir 24 jam sehari sejak 24 Februari," ujar Dubrov.

Selain itu, juru bicara WHO, Tarik Jarasevic, menyatakan untuk saat ini imunisasi rutin dan upaya pengendalian wabah polio di Ukraina telah ditunda akibat pertempuran yang terjadi. Demikian, WHO telah menerima laporan bahwa kampanye vaksinasi Covid-19 juga ditunda.

Program kampanye imunisasi polio nasional pada anak juga telah dihentikan sejak pertempuran terjadi dan seketika otoritas kesehatan beralih ke perawatan darurat.

"WHO sedang bekerja untuk segera mengembangkan rencana darurat untuk mendukung Ukraina dan mencegah penyebaran polio lebih lanjut yang disebabkan oleh konflik tersebut," ujar Jasarevic.

Tidak hanya itu, Badan PBB untuk HIV/AIDS mengatakan bahwa obat-obatan untuk pasien HIV yang tersisa di Ukraina hanya cukup untuk kurang dari sebulan.

"Orang yang hidup dengan HIV di Ukraina hanya memiliki beberapa minggu terapi antiretroviral yang tersisa, dan tanpa akses berkelanjutan, hidup mereka berisiko," ucap Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima.

Kemudian, Ukraina saat ini memiliki tingkat Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan termasuk salah satu negara dengan tingkat TB yang resisten terhadap berbagai obat tertinggi di dunia. Diperkirakan terdapat sebanyak 30.000 kasus TB baru setiap tahunnya di Ukraina.

Diketahui, pemerintah Ukraina dan Stop TB Partnership menyebutkan bahwa semua klinik TB di Ukraina akan tetap buka. Namun, pasien telah diberikan persediaan obat selama sebulan untuk dibawa pulang sebagai bentuk pencegahan apabila situasinya memburuk atau berbahaya untuk bepergian ke klinik.

Baca Juga: