Presiden Tiongkok Xi Jinping buka suara terkait ledakan kasus Covid-19 yang terjadi di sana. Ia menegaskan, Negeri Tirai Bambu tidak boleh mengendurkan langkah-langkah pengendalian Covid-19.

"Pembersihan Covid-19 dinamis yang ketat harus dilanjutkan, sambil berusaha meminimalkan dampak tindakan Covid-19 terhadap ekonomi dan masyarakat," kata Xi Jinping di sela-sela kunjungan ke Pulau Hainan Selatan dikutip dari Reuters, Kamis (14/4).

Tercatat, Tiongkok melaporkan 27.920 kasus baru per Rabu (14/4). Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 persen bergejala, sementara sisanya asimtomatik atau tidak bergejala.

Saat ini, Tiongkok juga tengah menerapan strategi 'nol Covid-19'. Bahkan, Negeri Tirai Bambu menerapkan penguncian atau lockdown di wilayah yang mengalami lonjakan kasus infeksi Covid-19.

Salah satu kota yang diterapkan lockdown yakni Shanghai. Kini, penguncian di Shanghai masih dilakukan secara ketat, seiring kasus Covid-19 yang mengalami kenaikan. Kota tersebut mencatatkan 26.330 kasus, dengan 1.189 bergejala dan 25.141 tanpa gejala.

"Pencegahan dan pengendalian epidemi di Shanghai berada pada titik kritis. Skrining terus menerus menggunakan asam nukleat dan tes antigen adalah tugas penting dalam menghentikan penularan virus," kata Komisi Kesehatan Shanghai, Wu Qianyu, dikutip dari Radio Televisi Hong Kong (RTHK).

Adapun wilayah lain di Tiongkok yang menjadi pusat Covid-19 yakni Provinsi Jilin dan Guangdong. Jilin mencatatkan seribu kasus infeksi sehari, sedangkan Guangdong ada 31 kasus.

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) memerintahkan staf non-esensial di kantor konsulatnya untuk segera meninggalkan Shanghai, Tiongkok. Ini seiring lonjakan kasus Covid-19 yang memicu penerapan aturan ekstrem oleh pemerintah Tiongkok.

Hal tersebut dibenarkan oleh Juru Bicara Kedutaan Besar AS untuk Tiongkok bahwa perintah tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri pada awal pekan ini.

"(Kemlu AS) memerintahkan mereka pergi karena lonjakan Covid-19 belakangan ini," kata Jubir tersebut, dikutip dari AFP, Selasa (12/4).

AS sempat mengizinkan staf non-darurat yang ingin meninggalkan kantor konsulat. Hal tersebut disampaikan sebelum perintah saat ini dikeluarkan. Sejauh ini, belum diketahui alasan AS mewajibkan staf non-esensial mereka untuk angkat kaki dari Shanghai.

Perintah tersebut disampaikan AS saat Tiongkok tengah berupaya keras untuk menanggulangi lonjakan kasus Covid-19 di Shanghai yang melonjak beberapa waktu belakangan.

Tiongkok juga menjadi negara yang berprinsip nol Covid-19, sehingga melakukan berbagai cara ekstrem dalam mengatasi kasus Covid-19. Salah satunya seperti memisahkan anak yang positif Covid-19 dari orang tuanya.

Aturan tersebut menjadi bahan perhatian Kemlu AS, yang khawatir staf konsulat dipisahkan dari anaknya jika positif Covid-19.

Baca Juga: