Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Alena Douhan menuturkan bahwa sanksi Amerika Serikat (AS) yang dijatuhkan terhadap Iran telah berdampak buruk pada ekonomi negara itu dan memperburuk situasi kemanusiaan di negara Teluk Persia.

Menurut Alena Douhan seperti dikutip AP, sanksi AS telah mempengaruhi kelompok ekspor utama Iran, bank dan juga beberapa perusahaan hingga warga negara, termasuk memperlambat produksi obat-obatan dan makanan.

Tak hanya itu, sanksi juga mendorong laju inflasi dan meningkatkan taraf kemiskinan di Iran. Sumber daya negara untuk subsidi kebutuhan dasar penduduk yang memiliki dengan pendapatan rendah dan kelompok rentan lainnya di Iran juga terdampak sanksi AS.

Selama konferensi pers di Teheran, Douhan mengatakan kepada wartawan bahwa kelompok utama yang paling terdampak ialah mereka yang menderita penyakit parah, orang cacat, pengungsi Afghanistan, rumah tangga yang dipimpin oleh wanita.

Douhan sendiri merupakan warga Belarusia yang pada tahun 2020 ditunjuk sebagai utusan khusus dan bertugas memberi laporan ke Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB dan melapor ke Dewan PBB.

Dirinya melaporkan sanksi telah secara substansial memperburuk situasi kemanusiaan di Iran dan mendesak negara-negara yang memberlakukan sanksi sepihak terhadap Iran, terutama AS untuk segera mencabutnya.

Sebelumnya pada 2018, mantan Presiden AS, Donald Trump menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia, serta memilih kembali memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap Teheran.

Padahal, menurut AP kesepakatan nuklir telah memberikan keringanan sanksi kepada Iran dengan imbalan pembatasan ketat pada program nuklirnya. Pada sisi lain, pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tersebut terhenti karena permintaan Iran agar Washington terlebih dahulu mencabut sebutan teroris pada Garda Revolusi paramiliter Iran.

AP menuturkan negosiasi di antara keduanya hampir mencapai penyelesaian pada bulan Maret sebelum Rusia menuntut agar perdagangannya dengan Iran dibebaskan dari sanksi Barat atas Ukraina, yang justru membuat proses tersebut menjadi kacau.

Terlepas dari kebuntuan, para pejabat mengatakan urgensi untuk menutup kesepakatan nuklir telah berkembang karena program nuklir Iran telah berkembang pesat.

Baca Juga: