TANGERANG - Setelah 23 tahun membantu melayani para penumpang, Garuda Indonesia secara resmi mempensiunkan pesawat Boeing 747-400 yang bernomor registrasi PK-GSH dengan operasional terakhirnya adalah penerbangan haji tahun 2017/1438H.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan pesawat berjuluk Queen of the Skies tersebut melayani penerbangan komersial terakhirnya pada 6 Oktober lalu untuk melayani kepulangan jamaah haji dari Madinah menuju Makassar, setelah beroperasi dari 1993 serta 89.900 jam terbang dan 15512 flight cycle.
"Pesawat Boeing 747 telah memainkan peran yang sangat penting dalam perjalanan Garuda Indonesia. Selama lebih dari 23 tahun, pesawat ini telah memberikan banyak kontribusi dan sudah selayaknya dipensiunkan dengan cara yang khusus," kata Pahala di hanggar GMF AreoAsia Tangerang, Banten, Senin (9/10).
Dia menambahkan berakhirnya masa kerja armada B747-400 itu bagian dari program revitalisasi armada perusahaan untuk menanggapi ekspektasi dan kebutuhan pasar, serta sebagai wujud komitmen Garuda Indonesia untuk terus menjaga kualitas layanan dan kenyamanan penumpang melalui pengoperasian pesawat berusia rata-rata lima tahun.
Boeing 747-400 merupakan armada terbesar dari sejumlah armada yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia. Pesawat ini memiliki kapasitas 428 penumpang yang terdiri dengan 42 kursi di kelas eksekutif dan 386 sisanya di kelas ekonomi, dengan AVOD yang hanya tersedia di kelas eksekutif.
"Saat ini kami mengoperasikan pesawat berbadan lebar B777-300ER dan A330-300/200 yang lebih hemat bahan bakar, hemat biaya dan lebih handal yang memberikan pengalaman penerbangan yang lebih nyaman untuk pengguna jasa kami ketika bepergian dengan penerbangan jarak jauh," katanya.
Menurut Pahala kehandalan Boeing 747-400 membuktikan kehandalannya dengan menggabungkan keunggulan aerodinamis dari masing-masing model Boeing 747. Winglet memberikan efek sayap yang melebar, namun tanpa melebihi slot bandara standar. Pesawat ini juga dikenal karena daya tahannya, dapat terbang long range non-stop dengan kecepatan lebih tinggi, serta dapat mengangkut lebih banyak payload, baik penumpang maupun kargo.
Komitmen GMF
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto juga menyampaikan bahwa project penerbangan haji ini merupakan suatu komitmen bagi GMF dalam mewujudkan operasional excellence, sebagai MRO kelas dunia yang tidak hanya berkualitas namun juga berdaya saing tinggi.
"Ini juga menjadi bekal bagi GMF untuk menanamkan kepercayaan masyarakat luas untuk menanamkan sahamnya di GMF, di mana saat ini GMF tengah menghitung waktu sebelum resmi melantai di bursa pada Selasa (10/10).
Iwan mengatakan bahwa semua ini merupakan mencita-citakan keberlanjutan program nasional dan ini bukan hanya sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah namun juga komitmen dalam memberi pelayanan kepada pelanggan pihaknya, dan pembuktian kinerja operasional kami terhadap publik. mza/E-10